Page 119 - A Man Called Ove
P. 119
A Man Called Ove
Ove berdiri di sana selama beberapa menit dan mengingat
betapa Sonja dulu selalu mengomelinya agar merapikan
rumah. Dia selalu menolak karena tahu, ruang yang lapang
akan langsung memberi alasan pada istrinya untuk membeli
barang tak berguna demi mengisinya. Dan kini sudah
terlambat untuk merapikan rumah, pikirnya menegaskan.
Kini tidak ada lagi orang yang ingin pergi membeli barang
tak berguna. Kini kerapian hanya akan menghasilkan banyak
celah kosong. Dan Ove benci celah kosong.
Dia berjalan ke bangku kerja, mengambil kunci pas yang
bisa disetel dan wadah air kecil dari plastik. Dia berjalan
keluar, mengunci pintu gudang, menarik pegangan pintunya
tiga kali. Lalu dia menyusuri jalan setapak kecil di antara
rumah-rumah, berbelok di dekat kotak surat terakhir di
jalanan itu dan menekan bel pintu.
Anita membuka pintu. Ove memandangnya tanpa
mengucapkan sepatah kata pun. Melihat Rune duduk di sana,
di kursi roda, menatap ke luar jendela dengan pandangan
hampa. Tampaknya hanya itulah yang dilakukan oleh lelaki
itu selama beberapa tahun terakhir ini.
“Nah, di mana radiator-radiatornya?” gumam Ove.
Anita sedikit tersenyum juga terkejut, lalu mengangguk
bersemangat sekaligus kebingungan.
“Oh, Ove, kau baik sekali, jika tidak terlalu merepot—”
Ove melangkah memasuki lorong tanpa membiarkan
Anita menyelesaikan perkataannya dan tanpa melepas sepatu.
“Ya, ya, lagi pula hari yang payah ini sudah berantakan.”[]
114