Page 122 - A Man Called Ove
P. 122
Fredrik Backman
kompleks perumahan gemerlap yang kini menjadi tempat
orang-orang bersetelan pindah bersama keluarga mereka.
Kaum lelaki bersetelan tidak menyukai remaja penyendiri
di rumah yang seharusnya dihancurkan di ujung jalanan itu.
Anak-anak tidak diperbolehkan bermain di dekat rumah Ove.
Ove mengerti, kaum lelaki bersetelan lebih suka tinggal di
dekat kaum lelaki bersetelan lainnya. Tentu saja, dia sama
sekali tidak keberatan soal itu—tapi sesungguhnya merekalah
yang pindah ke lingkungan Ove, bukan sebaliknya.
Jadi, dipenuhi semacam pembangkangan aneh yang
membuat jantungnya berdetak sedikit lebih cepat untuk
kali pertama setelah bertahun-tahun, Ove memutuskan tidak
menjual rumahnya kepada dewan kota. Dia memutuskan
melakukan hal sebaliknya: memperbaiki rumah itu.
Tentu saja Ove sama sekali tidak tahu cara melakukannya.
Dia tidak bisa membedakan antara sambungan ekor
burung dengan sepanci kentang. Menyadari bahwa jam
kerja baru membuatnya benar-benar bebas di siang hari,
Ove pergi ke lokasi konstruksi di dekat situ dan melamar
pekerjaan. Dia membayangkan, inilah tempat terbaik yang
memungkinkannya belajar mengenai bangunan. Lagi pula,
dia tidak memerlukan banyak tidur. Satu-satunya yang bisa
mereka tawarkan adalah pekerjaan buruh, kata mandornya
dan Ove menerimanya.
Jadi, Ove menghabiskan malam dengan memunguti
sampah di kereta api yang menuju selatan ke luar kota.
Lalu setelah tidur selama tiga jam, dia menggunakan berapa
pun waktu yang tersisa untuk melesat naik-turun perancah,
mendengarkan para lelaki yang mengenakan helm bicara
117