Page 125 - A Man Called Ove
P. 125

A Man Called Ove

            selesai, Ove juga mengecat sisi pagar yang sebaliknya. Lelaki
            tua itu tidak berkomentar, tapi ketika Ove melewati jendela
            dapurnya pada malam hari, mereka saling mengangguk satu
            sama lain. Dan keesokan harinya ada pai apel buatan sendiri
            di undakan depan rumah Ove. Ove belum pernah menyantap
            pai apel buatan sendiri sejak ibunya meninggal.

                Ove menerima lebih banyak surat lagi dari dewan kota.
            Nada mereka menjadi semakin mengancam. Mereka tidak
            senang karena Ove masih belum menghubungi mereka
            sehubungan dengan penjualan propertinya. Pada akhirnya,
            Ove mulai membuang surat-surat itu tanpa membukanya. Jika
            menginginkan rumah ayahnya, mereka bisa datang kemari
            dan mencoba mengambilnya, sama seperti Tom mencoba
            mengambil dompet itu dari tangan Ove, bertahun-tahun silam.
                Beberapa pagi kemudian, Ove berjalan melewati rumah
            tetangganya dan melihat lelaki tua itu sedang memberi makan
            burung ditemani bocah laki-laki kecil. Cucunya, pikir Ove.
            Diam-diam dia mengamati mereka lewat jendela kamar. Cara
            lelaki tua dan bocah laki-laki itu bicara dengan suara rendah
            satu sama lain, seakan sedang berbagi semacam rahasia besar,
            mengingatkan Ove pada sesuatu.

                Malam itu dia menyantap makan malamnya di dalam
            Saab.
                Beberapa pekan kemudian Ove memasang paku terakhir
            di rumahnya. Dan ketika matahari terbit di cakrawala, dia
            berdiri di taman dengan tangan dimasukkan ke saku celana
            panjang biru tua, dengan bangga meneliti pekerjaannya.





                                       120
   120   121   122   123   124   125   126   127   128   129   130