Page 129 - A Man Called Ove
P. 129

A Man Called Ove

                Secepat kilat Ove turun dari ranjang; langsung berpikir
            bahwa siapa pun yang melemparkan batu itu, tampaknya
            belum merasa puas. Ketika menuruni tangga ke lantai bawah,
            secara naluriah dia meraih palu. Ove tidak pernah menjadi
            lelaki kasar. Namun kau tidak akan pernah bisa memastikan,
            pikirnya memutuskan.

                Ove hanya mengenakan celana dalam ketika melangkah
            keluar, ke beranda depan. Semua pengangkutan bahan-bahan
            bangunan selama bulan-bulan terakhir itu telah mengubah
            Ove menjadi pemuda berotot yang mengesankan, bahkan
            tanpa disadarinya. Dada telanjang dan palu yang berayun-
            ayun di kepalan tangan kanannya membuat kelompok yang
            berkumpul di jalanan mengalihkan pandangan sejenak dari
            api, dan secara naluriah melangkah mundur.
                Saat itulah Ove menyadari bahwa bukan rumahnya yang
            terbakar, tapi rumah tetangganya.

                Para lelaki berbaju setelan berdiri di jalanan sambil
            menatap, bagaikan rusa yang menatap lampu depan mobil.
            Lelaki tua muncul dari asap, istrinya menggelayuti lengannya.
            Perempuan itu terbatuk-batuk hebat.
                Ketika lelaki tua itu menyerahkan istrinya kepada istri
            salah seorang lelaki berbaju setelan dan berbalik menuju api,
            beberapa lelaki berbaju setelan meneriakinya, menyuruhnya
            menyingkir. “Sudah terlambat! Tunggulah pemadam
            kebakaran!” teriak mereka. Lelaki tua itu tidak mendengarkan.
            Benda terbakar jatuh ke ambang pintu ketika dia mencoba
            melangkah memasuki lautan api.





                                       124
   124   125   126   127   128   129   130   131   132   133   134