Page 128 - A Man Called Ove
P. 128
Fredrik Backman
Ove membayar premi setahun penuh dalam bentuk tunai
kepada lelaki berwajah bulat itu. Mereka berjabat tangan.
Lelaki berwajah bulat itu tidak pernah menghubungi
Ove lagi. Suatu kali, Ove mencoba menghubunginya, tapi tak
seorang pun menjawab. Dia merasa kecewa, tapi memutuskan
tidak memikirkan hal itu lagi. Setidaknya, ketika wiraniaga
dari perusahaan asuransi lain menelepon, tanpa perasaan
bersalah Ove bisa mengatakan bahwa dirinya sudah memiliki
asuransi. Dan itu cukup penting.
Ove terus menghindari tetangga-tetangganya. Dia tidak
ingin punya masalah dengan mereka. Namun, sayangnya,
masalah seakan telah memutuskan mendatangi Ove. Beberapa
minggu setelah perbaikan rumahnya selesai, salah seorang
tetangganya yang berbaju setelan mengalami pencurian. Ini
peristiwa pencurian kedua di area itu, dalam periode waktu
relatif singkat. Para lelaki berbaju setelan berkumpul pagi-pagi
sekali, keesokan harinya, untuk merundingkan berandalan
muda di rumah terkutuk itu, yang pasti terlibat dalam
pencurian. Mereka tahu sekali “dari mana dia mendapat
uang untuk semua renovasi itu”.
Malamnya, seseorang menyelipkan pesan ke bawah
pintu rumah Ove, bunyinya: “Minggatlah demi kebaikan
dirimu!” Malam berikutnya, sebuah batu dilemparkan ke
jendela rumah. Ove memungut batu itu dan mengganti kaca
jendela. Dia tidak pernah menentang para lelaki berbaju
setelan itu. Tidak melihat ada gunanya. Namun dia juga
tidak akan pindah.
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali, Ove terbangunkan
oleh bau asap.
123