Page 118 - A Man Called Ove
P. 118
Fredrik Backman
Dengan kata lain, Ove punya banyak sekali waktu berpikir
setelah menendang dingklik itu, terjatuh, dan mendarat di
lantai dan tenggelam dalam luapan kemarahan. Dia terbaring
di sana, telentang, memandang pengait yang masih berada
di langit-langit itu untuk waktu yang seakan lama sekali.
Lalu, dengan terkejut dia menatap tali itu, yang telah terputus
menjadi dua bonggol panjang.
Masyarakat ini, pikir Ove. Apa tidak bisa lagi mereka
membuat tali? Dia mengucapkan sumpah serapah sambil
dengan berang berupaya melepaskan kakinya yang terbelit
tali. Demi Tuhan, bagaimana mungkin orang bisa gagal
membuat tali? Bagaimana mungkin kau bisa keliru dalam
membuat tali?
Tidak, tidak ada lagi yang namanya kualitas, pikir Ove
memutuskan. Dia berdiri, membersihkan debu dari tubuh,
memandang ke sekeliling ruangan dan lantai bawah rumah
bandarnya. Merasakan pipinya merah padam dan dia tidak
begitu yakin apakah ini karena marah atau malu.
Dia memandang jendela dan tirai-tirai yang tertutup,
seolah-olah khawatir seseorang mungkin telah melihatnya.
Sialan, ini sungguh tipikal, pikir Ove. Kau bahkan
tidak bisa lagi bunuh diri dengan cara yang masuk akal.
Dia memungut tali yang putus itu, lalu melemparkannya
ke dalam tong sampah di dapur. Kemudian dia melipat
lembaran plastik, memasukkannya ke tas-tas IKEA. Dia
juga mengembalikan bor listrik dan mata bornya ke dalam
kotak; lalu keluar dan meletakkan kembali benda-benda itu
di dalam gudang.
113