Page 182 - A Man Called Ove
P. 182
Fredrik Backman
memutuskan bahwa mungkin ketidakmampuan perempuan
itu untuk tepat waktu bukanlah hal terpenting.
Perempuan di toko bunga telah bertanya kepada Ove
mengenai “apa yang diinginkannya”. Ove menjawab singkat
bahwa ini pertanyaan yang sedikit sialan untuk diajukan.
Bagaimanapun, perempuan itulah yang menjual semua
tanaman itu, sedangkan dia adalah pembelinya, bukan
sebaliknya. Perempuan itu tampak sedikit jengkel dengan
jawaban Ove, tapi kemudian bertanya, apakah penerima
bunga itu mungkin punya warna favorit. “Merah jambu”,
jawab Ove penuh keyakinan, walaupun dia tidak tahu.
Dan kini, perempuan itu berdiri di stasiun dengan buket
bunga pemberian Ove yang didekap dengan gembira di dada,
mengenakan kardigan merah yang membuat seluruh dunia
tampak seakan tersusun dari nuansa kelabu.
“Cantik sekali.” Perempuan itu tersenyum dengan cara
spontan yang membuat Ove menunduk menatap tanah dan
menendang kerikil.
Ove tidak begitu menyukai restoran. Dia tidak pernah
mengerti mengapa orang bersedia makan di luar dengan
harga mahal padahal bisa makan di rumah. Dia tidak begitu
terpikat oleh perabot gaya dan hidangan rumit, dan juga
teramat menyadari kelemahannya dalam bercakap-cakap. Apa
pun kasusnya, setidaknya, Ove sudah makan terlebih dahulu
sehingga bisa membiarkan perempuan itu memesan apa pun
yang diinginkannya dari menu, sedangkan Ove akan memilih
hidangan termurah untuk dirinya sendiri. Dan, setidaknya,
jika perempuan itu menanyakan sesuatu, mulut Ove tidak
177