Page 180 - A Man Called Ove
P. 180
Fredrik Backman
di dapur kecil di kamarnya, sebelum berkeliling rumah
memasang beberapa sekrup sesuai permintaan perempuan
tua pemilik rumah itu.
“Kau hendak bertemu seseorang?” tanya perempuan
tua itu, yang merasa senang melihat Ove menuruni tangga.
Dia belum pernah melihat Ove mengenakan setelan. Ove
mengangguk singkat.
“Ya,” jawabnya, dengan cara yang sama-sama bisa di-
sebut sebagai kata atau helaan napas. Perempuan tua itu
mengangguk dan, mungkin, berupaya menyembunyikan
sedikit senyuman.
“Pasti seseorang yang sangat istimewa, jika kau berdandan
seperti itu,” katanya.
Kembali Ove menghela napas dan mengangguk singkat.
Ketika sudah berada di pintu, perempuan tua itu berteriak
dari dapur. “Bunga, Ove!”
Dengan kebingungan Ove melongokkan kepala lewat
dinding partisi dan menatapnya.
“Dia mungkin menyukai bunga,” kata perempuan tua
itu dengan semacam penegasan.
Ove berdeham, lalu menutup pintu depan.
Selama lebih dari lima belas menit, Ove berdiri menunggu
perempuan itu di stasiun, dengan setelan ketat dan sepatu yang
baru disemir. Dia meragukan orang yang datang terlambat.
“Jika kau tidak bisa mengandalkan seseorang agar tepat
waktu, kau juga tidak bisa memercayakan sesuatu yang lebih
penting kepadanya,” gumamnya dulu, ketika orang datang
membawa kartu absen dengan masih meneteskan keringat,
175