Page 211 - A Man Called Ove
P. 211
A Man Called Ove
Sebaliknya, Ove, yang telah menjadi sangat tertarik dengan
Scania ketika mereka bergabung dengan Saab, memandang
serius ke luar jendela sambil mengunyah kentang.
“Truk itu masih baik jalannya?” tanyanya.
“Tidak,” gumam lelaki tua itu dengan jengkel, lalu
kembali memandang piringnya. “Tak satu pun truk model
itu yang baik jalannya. Tak satu pun dibuat dengan benar.
Mekaniknya meminta bayaran tinggi untuk membetulkan
apa saja,” imbuhnya, seakan dia sesungguhnya sedang
memberikan penjelasan kepada seseorang yang duduk di
bawah meja.
“Aku bisa memeriksanya, jika kau tidak keberatan,” kata
Ove, yang mendadak tampak antusias.
Sejauh ingatan Sonja, itu kali pertama Ove benar-benar
terdengar antusias mengenai sesuatu.
Sejenak kedua lelaki itu saling berpandangan. Lalu ayah
Sonja mengangguk. Dan Ove membalasnya dengan anggukan
singkat. Setelah itu mereka bangkit berdiri dengan yakin dan
pasti, seperti sikap dua lelaki yang baru saja setuju untuk
pergi membunuh lelaki ketiga. Beberapa menit kemudian,
ayah Sonja kembali ke dapur, bertumpu pada tongkatnya, lalu
menjatuhkan tubuh ke kursi dengan gumaman tidak puas
yang kronis. Dia duduk di sana selama beberapa saat sambil
mengisi pipa tembakaunya dengan cermat, lalu akhirnya
mengangguk menunjuk panci dan berhasil mengatakan:
“Enak.”
“Terima kasih, Dad.” Sonja tersenyum.
“Kau yang memasaknya. Bukan aku,” kata ayahnya.
206