Page 222 - A Man Called Ove
P. 222

Fredrik Backman

              punggung tangan, lalu berjalan ke kulkas masih tanpa
              memandang Parvaneh.

                  Jimmy berdecak berterima kasih ketika Ove muncul dari
              dapur dan memberinya roti lapis sosis. Ove menempatkan
              diri beberapa meter jauhnya dan tampak sedikit muram.
                  “Jadi, bagaimana dia?” katanya sambil mengangguk
              singkat pada kucing di pelukan Jimmy.

                  Kini, air menetes deras ke lantai. Perlahan tapi pasti,
              hewan itu mulai memulihkan bentuk dan warnanya.
                  “Tampak lebih baik, kan?” Jimmy menyeringai sambil
              melahap roti lapis itu dengan sekali gigit.
                  Ove memandangnya dengan bimbang. Jimmy berkeringat
              seperti secuil daging babi yang ditinggalkan di atas ketel uap
              di tempat sauna. Ada sesuatu yang muram di matanya ketika
              dia membalas pandangan Ove.

                  “Kau tahu … malang sekali istrimu, Ove. Aku selalu
              menyukai Sonja. Dia memasak hidangan terlezat di kota ini.”
                  Ove memandang Jimmy dan, untuk kali pertama di
              sepanjang pagi, dia tidak tampak marah sedikit pun.
                  “Ya. Dia … pintar sekali memasak,” katanya setuju.

                  Ove berjalan ke jendela dan dengan punggung meng-
              hadap ruang duduk, menarik pegangan jendela seakan untuk
              memeriksanya. Dia menusuk-nusuk segel karetnya.
                  Parvaneh berdiri di ambang pintu dapur sambil
              membelitkan lengan di tubuh dan perutnya sendiri.







                                        217
   217   218   219   220   221   222   223   224   225   226   227