Page 219 - A Man Called Ove
P. 219
A Man Called Ove
“Berikan si kucing kepadaku,” kata pemuda itu dengan
tak acuh, sambil mengulurkan sepasang lengan setebal dahan
pohon ke arah Parvaneh.
Setelah diserahkan oleh Parvaneh, pemuda itu
menyelubungi si kucing dalam pelukan raksasanya,
menekankan hewan itu di dada seakan sedang berupaya
membuat lumpia kucing raksasa.
“Omong-omong, namaku Jimmy,” katanya kepada
Parvaneh sambil tersenyum.
“Aku Parvaneh,” kata Parvaneh.
“Nama yang indah,” kata Jimmy.
“Terima kasih! Artinya ‘kupu-kupu’.” Parvaneh
tersenyum.
“Kau akan membuat si kucing tercekik,” kata Ove.
“Oh, sudahlah, Ove,” kata Jimmy.
“Kurasa si kucing lebih suka mati beku dengan cara
bermartabat dibanding mati tercekik,” kata Ove kepada
Jimmy, sambil mengangguk pada bola bulu yang meneteskan
air dalam pelukan pemuda itu.
Jimmy mengubah wajah ramahnya menjadi seringai lebar.
“Tenanglah sedikit, Ove. Kau bisa bilang apa saja
sesukamu mengenai orang gemuk, tapi kami luar biasa hebat
dalam menciptakan sedikit panas!”
Dengan cemas, Parvaneh mengintip ke balik lengan atas
bergelambir itu, lalu dengan lembut meletakkan telapak
tangannya di hidung si kucing. Lalu wajahnya berubah ceria.
214