Page 301 - A Man Called Ove
P. 301
A Man Called Ove
pak sedikit mirip dengan apa yang terkadang dilakukan
pramusaji, ketika tidak bisa memutuskan apakah hendak
menyajikan hidangan untukmu atau membawa hidangan itu
kembali ke dapur untuk diludahi. Pemuda itu memandang
Ove dengan tenang, lalu menyerahkan pos dengan enggan
disertai gumaman “silakan, Pak”. Ove menerima pos itu tanpa
mengalihkan mata darinya.
“Kotak posmu rusak, jadi aku hendak menyerahkan ini
kepadamu,” kata remaja itu.
Dia mengangguk menunjuk rongsokan terlipat dua yang
dulunya adalah kotak surat Ove, sebelum si Kerempeng
yang tidak bisa memundurkan mobil bergandengan itu
memundurkan gandengannya ke sana. Lalu dia mengangguk
menunjuk surat dan koran di tangan Ove. Ove menunduk
memandangi keduanya.
Surat kabar itu adalah salah satu surat kabar lokal
yang dibagikan secara gratis, bahkan ketika seseorang
telah memasang plang yang jelas menyuruh mereka untuk
tidak melakukan hal sialan semacam itu. Dan suratnya
kemungkinan besar iklan, pikir Ove. Nama dan alamatnya
memang ditulis tangan di bagian depan surat, tapi itu trik
periklanan yang khas. Untuk membuatmu berpikir bahwa
itu surat dari seseorang yang nyata, lalu kau membukanya
dan dalam sekejap terkena sasaran pemasaran. Tipuan itu
tidak akan berhasil pada Ove.
Remaja itu berdiri di sana, menimbang-nimbang, lalu
menunduk memandang tanah. Seakan dia sedang berjuang
dengan sesuatu di dalam dirinya yang ingin keluar.
296