Page 304 - A Man Called Ove
P. 304
Fredrik Backman
Remaja itu mengangkat bahu. “Entahlah.”
“Kalau begitu, mengapa kau berjanji memperbaikinya?”
Remaja itu menendang salju. Menggaruk-garuk wajah
dengan seluruh tangannya, tersipu-sipu. “Karena aku
mencintainya.”
Ove tidak bisa memutuskan harus berkata apa. Jadi,
dia menggulung surat kabar lokal dan amplop itu, lalu
menepukkannya ke telapak tangan seperti tongkat pemukul.
“Aku harus pergi,” gumam remaja itu nyaris tak terdengar,
lalu dia membuat gerakan untuk berbalik.
“Kalau begitu, datanglah seusai kerja, aku akan menge-
luarkan sepedanya untukmu.”
Kata-kata Ove seakan tercetus entah dari mana. “Tapi
kau harus membawa perkakasmu sendiri,” imbuhnya.
Remaja itu berubah ceria. “Kau serius, Pak?”
Ove terus memukul-mukulkan tongkat kertas itu ke
tangannya. Remaja itu menelan ludah.
“Hebat! Tunggu … ah, sialan … aku tidak bisa mengambil
sepeda itu hari ini! Aku harus melakukan pekerjaanku yang
lain! Tapi, besok, Pak, aku bisa datang besok. Bolehkah aku
mengambilnya besok saja?”
Ove memiringkan kepala dan tampak seakan semua yang
baru saja terucap itu berasal dari mulut seorang tokoh fi lm
kartun. Remaja itu menghela napas panjang dan menenangkan
diri.
“Pekerjaan lain apa?” tanya Ove, seakan dia tidak punya
jawaban lengkap dalam babak final kuis tebak-tebakan.
299