Page 353 - A Man Called Ove
P. 353

A Man Called Ove

            Sesungguhnya, setiap kali Ove bertemu dengannya, lelaki
            itu menjadi semakin mirip mesin dibandingkan manusia.
            Persis seperti semua kaum lelaki berkemeja putih lainnya
            yang dijumpai Ove di sepanjang hidupnya. Yang mengatakan
            Sonja akan mati setelah kecelakaan bus itu, yang menolak
            memikul tanggung jawab setelah itu, dan yang menolak untuk
            membuat orang lain bertanggung jawab. Yang tidak mau
            membangun rampa kursi roda di sekolah. Yang tidak ingin
            membiarkan Sonja bekerja. Yang meneliti paragraf-paragraf
            berhuruf kecil untuk merujuk pada semacam klausul yang
            berarti mereka tidak akan perlu membayar klaim asuransi.
            Yang ingin memasukkan Sonja ke panti jompo.

                Mereka semua punya mata kosong yang sama. Seakan
            mereka hanyalah cangkang mengilat yang berkeliaran,
            menggilas manusia normal, menghancurkan hidup mereka.
                Namun ketika Ove mengatakan tidak ada acara bagus di
            TV, dia melihat kedutan kecil di pelipis lelaki berkemeja putih.
            Mungkin kilasan perasaan frustrasi. Mungkin kemarahan
            karena terkejut. Kemungkinan besar perasaan sangat
            tersinggung. Ini kali pertama Ove melihat dirinya berhasil
            membuat lelaki berkemeja putih jengkel. Sembarang lelaki
            berkemeja putih.

                Lelaki itu mengatupkan rahang, berbalik, dan mulai
            berjalan pergi. Bukan dengan langkah-langkah tenang
            terukur seorang pegawai dewan kota yang memegang
            kendali sepenuhnya, tapi sesuatu yang lain. Kemarahan.
            Ketidaksabaran. Dendam.





                                       348
   348   349   350   351   352   353   354   355   356   357   358