Page 354 - A Man Called Ove
P. 354
Fredrik Backman
Ove tidak bisa mengingat hal lain yang membuatnya
merasa begitu gembira setelah waktu yang sangat, sangat
lama.
Tentu saja seharusnya hari ini Ove mati. Dia telah
merencanakan untuk menembak kepalanya sendiri dengan
tenang dan damai, persis setelah sarapan. Dia telah merapikan
dapur, mengeluarkan si kucing, dan menyamankan diri di
kursi-berlengan favoritnya. Dia merencanakannya dengan
cara seperti ini karena secara rutin si kucing minta dikeluarkan
pada jam seperti ini. Salah satu dari beberapa sifat si kucing
yang sangat dihargai Ove adalah keengganan hewan itu
untuk buang air besar di rumah orang lain. Ove adalah lelaki
semacam itu.
Namun kemudian, tentu saja Parvaneh datang meng-
gedor-gedor pintu, seakan rumah Ove adalah toilet terakhir
yang berfungsi di seluruh dunia beradab. Seakan perempuan
itu tidak bisa kencing di rumah. Ove meletakkan senapan
itu di balik radiator agar Parvaneh tidak melihatnya dan
mulai ikut campur. Dia membuka pintu, dan Parvaneh bisa
dibilang harus menekankan ponsel ke tangan Ove dengan
kasar, sebelum Ove bersedia menerimanya.
“Apa ini?” tanya Ove ingin tahu, dengan ponsel dipegang
di antara telunjuk dan jempol seakan berbau busuk.
“Untukmu,” gerutu Parvaneh sambil memegangi perut
dan mengusap keringat dari kening, walaupun suhunya di
bawah nol di luar. “Jurnalis itu.”
“Harus kuapakan ponsel perempuan itu?”
349