Page 362 - A Man Called Ove
P. 362
Fredrik Backman
“Kau tidak tahu apa yang kau katakan!” teriak Parvaneh.
“Kaulah yang tidak tahu apa yang kau katakan, kau
tidak pernah berurusan dengan dewan kota, kau tidak tahu
seperti apa rasanya melawan mereka,” jawab Ove dengan
suara monoton dan bahu lunglai.
“Tapi, kau harus bicara …,” kata Parvaneh memulai
dengan suara tergagap. Rasanya seakan semua energi di
dalam tubuh Ove mengalir keluar, bahkan ketika dia berdiri
di sana.
Mungkin itu karena wajah lelah Anita. Mungkin itu
karena pemahaman bahwa pertempuran sederhana yang
dimenangkan tidaklah ada artinya dalam rencana lebih besar
menyangkut segalanya. Skoda yang terpojok tidak membuat
perbedaan. Mereka selalu datang kembali. Persis seperti yang
mereka lakukan terhadap Sonja. Seperti yang selalu mereka
lakukan. Dengan semua klausul dan dokumen mereka. Lelaki
berkemeja putih selalu menang. Dan orang-orang seperti Ove
selalu kehilangan orang seperti Sonja. Dan tidak ada yang
bisa membawa Sonja kembali kepadanya.
Pada akhirnya, tidak ada yang tersisa kecuali serangkaian
panjang hari kerja tanpa sesuatu pun yang lebih berarti
daripada meminyaki meja dapur. Dan Ove tidak sanggup
menghadapinya lagi. Pada saat itu dia merasakannya dengan
lebih jelas lagi. Dia tidak bisa melawan lagi. Tidak ingin
melawan lagi. Dia hanya ingin segalanya berhenti.
Parvaneh terus mencoba berdebat dengan Ove, tapi Ove
hanya menutup pintu. Dia menggedor pintu tapi Ove tidak
mendengarkan. Ove menjatuhkan tubuh ke dingklik di lorong
357