Page 24 - Bidadari-Bidadari Surga-TereLiye
P. 24

www.rajaebookgratis.com





               riang  melihat  pekerjaannya.  Lantas  melangkah  ke  sungai  yang  mengalir  jernih.  Berusaha
               membersihkan muka dan tubuh yang kotor. Saat itulah, saat dia sekalian menyelam di sungai
               sedalam pinggang itu, saat asyik menikmati sejuknya arus deras sungai, terdengar gemerisik
               dedaunan diinjak dari jalan setapak mulut rimba. Mengangkat kepala.
               "DALIMUNTE! APA YANG KAU KERJAKAN DI SINI?"
               Tanpa tedeng aling-aling teriakan itu meluncur, menyergap.
                   Dalimunte,  nama  anak  kecil  berumur  dua  belas  tahun  itu  seketika  gagap.  Kak  Laisa
               bersama Yashinta, muncul dari gerbang jalan setapak hutan belantara, turun ke anak sungai
               yang mengalir deras.
               "BUKANNYA kau seharusnya ada di sekolah, Dali? Apa yang kau lakukan di sini?"
               Kak Laisa mendesis galak, melangkah mendekat. Seram benar melihat tampangnya. Bahkan
               Yashinta  yang sepanjang perjalanan pulang tadi  hatinya  berbunga-bunga,  ikut-ikutan takut
               mendengar seruan Kuk Laisa. Berdiri mengkerut di belakang Kak Laisa.
               "Ee,ee, Dalimunte sakit, Kak!" Anak lelaki itu menyeringai, terdesak, sembarang mengarang.
               Meniru kelakuan dua adik lelakinya yang memang jago ngarang kalau sudah ketahuan salah
               begini.
               "BOHONG! Sakit apa?" Kak Laisa melotot. Semakin dekat.
               "Errgh, pilek...."
               "Bagus sekali! Pilek, pilek tapi kau main air!"
               Kak Laisa menukas tajam, tangkas menyambar ranting yang kebetulan hanyut di dekat kaki-
               kaki mereka, dan tentu saja ranting itu gunanya buat menunjuk-nunjuk dada Dalimunte.
               "Sejak kapan kau berani bolos sekolah, hah?"
               Kak Laisa menghardik.
                   Dalimunte  mencicit  Aduh,  dia  pikir  Kak  Laisa  dan  Yashinta  bakal  lama  lihat  berang-
               berangnya.  Dia  pikir  akan  cukup  waktu  mengerjakan  kincir-kincir  ini  sebelum  Kak  Laisa
               kembali.  Ternyata  perhitungannya  keliru.  Dia  memang  sudah  tak  sabar  menunggu  waktu
               senggang  menyelesaikan  pekerjaan  yang  sudah  direncanakan  dan  dikerjakannya  berbulan-
               bulan.  Mumpung  Kak  Laisa  pagi  ini  tidak  ada  di  rumah  untuk  mengawasi.  Makanya
               memutuskan  bolos  sekolah.  Selama  ini  sedikitpun  tidak  tersedia  waktu  yang  cukup  untuk
               menyelesaikan kincir-kincirnya. Lepas sekolah dia langsung keladang. Hari ahad juga begitu,
               sepanjang hari harus ke ladang. Padahal pertemuan di Balai Desa dilakukan besok pagi.
               "Kalau kau bolos, berarti Ikanuri dan Wibisana juga bolos!"
               Kak Laisa bertanya menyelidik, menusuk dadanya lebih keras.
                   Dalimunte  meringis.  Soal  itu  tidak  usah  ditanya  lagi,  meski  ada  Kak  Laisa  sekalipun
               Ikanuri dan Wibisana rajin bolos, apalagi jika Kak Laisa tidak ada. Lebih berani melawan.
               Tadi pagi sih mereka bertiga pamitan ke Mamak, memakai seragam, menuju sekolah di desa
               atas. Tapi baru tiba di pertigaan jalan bebatuan selebar tiga meter itu, Ikanuri dan Wibisana
               sudah kabur duluan, naik starwagoon tua yang kebetulan lewat ke kota kecamatan. Dalimunte
               sebenamya jauh lebih nurut. Dia meski terkadang bosan sekolah, tapi tidak pernah membolos.
               Tadi  pagi  saja,  butuh  waktu  sepuluh  menit  di  pertigaan  itu  hingga  akhirnya  dia  berani
               memutuskan untuk ikut membolos. Menyelesaikan kincir airnya.
               "Apa yang kau kerjakan di sini? JAWAB!"
               Kak Laisa menghardik  lagi. Lebih kencang. Mengkal karena yang diteriaki sejak tadi malah
               menunduk bengong.
                   Dalimunte hanya diam.  Menelan ludah. Tetap menunduk.
               "APA YANG KAU KERJAKAN DI SINI?"
                   Dalimunte membisu.
               "KAU ANAK LELAKI DALIMUNTE! Anak lelaki harus sekolah. Akan jadi apa kau jika
               tidak sekolah? Pencari kumbang di hutan sana seperti orang lain di kampung ini? Penyadap
               damar?  Kau  mau  menghabiskan  seluruh  masa  depanmu  di  kampung  ini?  Setiap  tahun
   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29