Page 19 - Bidadari-Bidadari Surga-TereLiye
P. 19

www.rajaebookgratis.com





                   Saat Yashinta  siap  mengeluh ke  Kak  Laisa sekali  lagi. Bertanya  man-na anak  berang-
               berangnya.  Pelan  terdengar  suara  kecipak  dari  pohon  roboh  di  tengah-tengah  bendungan.
               Splash—
               Aih! Mata Yashinta langsung melotot. Membesar.
               Splash. Splash. Splash—
                   Yashinta berseru tertahan.  Sekali lagi dicubit Kak Laisa.
                   Untung  seruan  itu  tidak  terlalu  keras.  Jadi  tidak  ada  yang  terganggu.  Gadis  kecil  itu
               mendekap  sendiri  mulutnya.  Menyeringai  cemberut,  menoleh  ke  arah  Kak  Laisa  yang
               nyengir galak.
               Splash—
                   Itu  suara  berang-berang  ke  lima  yang  meluncur  ke  dalam  kolam  bendungan  buatan
               mereka. Bukan main, lima anak berang-berang itu meluncur anggun. Naik turun. Kepalanya
               celap-celup.  Satu-dua  jahil  mengejar  ikan-ikan  kecil  yang  banyak  berkeliaran  di  sela-sela
               mereka.  Celap-celup.  Sungai  itu  jernih.  Jadi  Yashinta  bisa  melihat  hingga  ke  bebatuan
               dasarnya. Dua ekor kepiting yang tadi nangkring di pinggir kolam sungai segera menyingkir.
               Juga  menyingkir  sekumpulan  udang  yang  sedang  berjemur  di  bonggol  kayu.  Menyisakan
               burung Meninting yang terus cuek berloncatan da atas batu, tidak peduli dengan lima anak
               berang-berang. Mulut Yashinta terbuka. Terpesona.
                   Kak Ikanuri dan Kak Wibisana salah seratus persen, deh! Kata siapa anak berang-berang
               tidak  lucu? Yashinta sekarang saking gemasnya  malah  sudah  merangkak keluar dari  balik
               batang,  ingin  melihat  lebih  dekat.  Laisa  hendak  menarik  tasnya,  mencegah.  Tapi  demi
               melihat  ekspresi  muka  Yashinta  yang  begitu  sumringah,  urung.  Ia tidak  ingin  menganggu
               kesenangan  adiknya.  Akhirnya  hanya  tersenyum  tipis,  membiarkan.  Itu  sungguh  senyum
               pertamanya sepanjang pagi ini, atau juga sepanjang minggu ini sejak Yashinta menyebalkan
               selalu merajuk minta diantar.
                   Ah, Kak Laisa memang jarang tersenyum.
                   Berang-berang  itu  terus  berkejaran  di  beningnya  air  kolam.  Uap  mengepul  dari  inang
               sungai.  Suara  lenguh  uwa  terdengar  dari  kejauhan.  Kicau  ramai  burung-burung,  Matahari
               pagi semakin terik. Permainan cahayanya dari sela dedaunan yang memantul di beningnya air
               bendungan  terlihat  memesona.  Pagi  yang  indah.  Benar-benar  pagi  yang  indah  di  Lembah
               Lahambay. Menyaksikan sendiri lima anak berang-berang berenang, saling bercengkerama,
               persis dari bibir kolam bendungannya. Menyaksikannya dari jarak sepelemparan batu saja.
                   Itu sungguh hanya ada dalam mimpi berjuta orang....

                   Ada apa?
                   Yashinta menyeka matanya yang basah. Menatap datar kedua temannya yang nafasnya
               sudah kembali normal. Dingin angin pagi menyergap lereng Gunung Semeru. Cahaya yang
               menembus  kabut  terlihat  menawan.  Yashinta  menarik  nafas  pelan.  Ia tidak  tahu  apa  yang
               telah  terjadi.  Tepatnya  belum.  Yang  ia  tahu,  ia  harus  pulang  segera.  SMS  itu  amat
               mencemaskan.
                   Terlebih tiba-tiba semuanya terasa ganjil. Sesak. Kenangan  itu kembali  bagai tontonan
               audio-visual dari  layar teve  LCD  sejuta pixels.  Begitu  nyata. Begitu dekat. Seolah  ia  bisa
               menyentuhnya. Menyentuh wajah Kak Laisa yang pagi itu tersenyum tipis....
               "Ada apa, Yash?" Teman ceweknya bertanya lagi.
               "Aku harus pulang!" Yashinta menjawab pendek, menaikkan kembali ransel ke pundaknya.
               Meneruskan langkah.
               Bergegas.
   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24