Page 27 - Bidadari-Bidadari Surga-TereLiye
P. 27

www.rajaebookgratis.com





                   Tadi  mereka amat terlambat  datang  di  bandara. Seharusnya  pesawat  itu sudah  take-off
               lima belas menit lalu. Tapi kolega peneliti Dalimunte yang mengerti situasinya berbaik hati
               menelepon kantor pusat maskapai penerbangan tersebut dari lab. Hari ini, pakar fisika ngetop
               seperti Profesor Dalimunte sudah seperti selebritis saja, apalagi salah satu petinggi maskapai
               itu sama persis dengan Headmaster Miss Elly, fans berat Profesor Dalimunte, maka mereka
               berbaik  hati  menunda  penerbangan.  Toh,  penumpang  lain  tidak  berkeberatan  setelah  tahu
               yang naik ke pesawat terakhir adalah Profesor Dalimunte.
               "Eh, Ummi  sudah telepon Eyang Lainuri kalau  kita  mau datang? Biar Eyang  masak  yang
               banyak. Masakan kesukaan Intan: rebung bakar!"
                   Intan nyengir.
                   Teringat sesuatu.
                   Ummi tersenyum simpul, bagi putrinya kunjungan ini mungkin tidak jauh berbeda dengan
               kunjungan-kunjungan sebelumnya. Mengangguk.
               "Tapi mengapa mendadak benar, Mi?"
               "Mendadak apanya?"
               "Kita  pulang!  Kenapa  mendadak  benar?  Orang  kalau  mau  hujan  saja  ada  guntur-
               geledeknya..."
               "Wak Laisa sakit, sayang—"
               Dalimunte yang menjawab, setelah menghela nafas. Cepat atau lambat Intan akan tahu.
               "Sakit? Mana bisa Wak Laisa sakit?"
               Mata Intan membesar, sedikit pun tidak percaya. Kan, Wak Laisa tuh terlihat tambun. Gemuk
               meski gempal. Mana bisa sakit? Lah, Abi saja tidak kuat gendong Intan naik tangga kayu
               cadas sungai. Hanya Wak Laisa yang kuat gendong. Jadi mana bisa sakit?
               "Bukannya sebulan lalu Wak Laisa sehat walafiat, Bi?"
               Intan menggaruk rambutnya. Sok berpikir. Gayanya sudah seperti orang dewasa saja.
                   Dalimunte menatap datar wajah putrinya yang amat ingin tahu. Itulah yang Abi juga tidak
               mengerti, sayang. Sebulan lalu Wak Laisa memang terlihat sehat. Hanya sedikit pucat. Soal
               pucat, sudah sejak dulu Kak Laisa memang sedikit pucat. Tapi ia masih sibuk bekerja. Sibuk
               dengan keseharian. Tidak pernah  mengeluh, bahkan  sejak  mereka  masih kecil dulu. Tidak
               pernah  sakit.  Kak  Laisa  selalu  sigap  dan  disiplin  menghadapi  rutinitasnya.  Jadi  mana
               mungkin Kak Laisa sakit? Tapi SMS dari Mamak Lainuri pasti serius. Benar-benar serius.
               Dalimunte menelan ludah, mengusap lembut rambut putrinya.
                   Dokter  bilang  mungkin  minggu  depan,  mungkin  besok  pagi,  boleh  jadi  pula  nanti
               malam....
               Bagaimana mungkin kalimat itu tidak serius?

               9
               CRAYON 12 WARNA
               ANGIN MALAM bertiup lembut.
               Menyelisik sela-sela dinding anyaman bambu.
                   Malam  beranjak  datang.  Rumah  panggung  kecil  itu  akhirnya  lengang,  setelah  sejak
               maghrib tadi terdengar riuh oleh hardikan-hardikan. Hanya suara burung hantu dari kejauhan
               yang menghias malam, ditingkahi derik jangkrik bernyanyi. Langit terlihat cerah. Gemintang
               menunjukkan berjuta formasinya. Di sana ada Taurus, ada Pisces, ada Leo, Gemini, dan lebih
               banyak lagi rasi yang tidak memiliki nama.
                   Tadi siang, hingga sore benar-benar ribut.
                   Kak  Laisa  setiba  di  rumah  panggung  langsung  menyiapkan  bekal  makanan  seadanya,
               kemudian menyusul Mamak Lainuri di ladang bersama Dalimunte —yang tetap lebih banyak
               berdiam diri setelah dimarahi di sungai tadi,  menunggu rumah. Ia belum pernah diajak-ajak
               ke ladang… Kata Mamak ia masih terlalu kecil. Ladang itu tidak jauh hanya satu kilo dari
   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32