Page 7 - Bidadari-Bidadari Surga-TereLiye
P. 7

www.rajaebookgratis.com





               manusia? Apakah seolah-olah kemajuan ilmu pengetahuan seperti siklus naik turun? Apakah
               ketika  hari  kiamat  tiba,  peradaban  manusia  justru  sedang  kembali  ke  titik  apaadanya?"
               Dalimunte diam sejenak. Menatap seluruh ruangan.
                   Mengesankan  melihatnya  membanjiri  peserta  simposium  dengan  berbagai  pertanyaan,
               entah  lima  ratus  peserta  itu  mengerti  atau  tidak.  Terus  menyajikan  dengan  cepat  berbagai
               slide, termasuk pertanda dari berbagai kitab suci lainnya. Beberapa peserta simposium yang
               tidak terlalu mengerti transkripsi religius yang terpampang di layar raksasa LCD menandai
               besar-besar  catatannya  (berjanji  dalam  hati:  nanti  akan  dicari  tahu  penjelasannya).  Sama
               seperti dengan beberapa peserta yang tidak tahu, lupa, atau malah sama sekali tidak mengerti
               tentang mukjijat bulan terbelah oleh Nabi penutup jaman di majalah 'Science' sebelumnya.
                   Ruangan besar simposium fisika itu lengang, hanya suara pulpen menggores kertas yang
               terdengar.
               "Apakah  seolah-olah  kemajuan  ilmu  pengetahuan  seperti  siklus  naik  turun?  Hadirin,
               jawabannya  adalah:  Ya!  Jika  kita  ibaratkan,  maka  peradaban  manusia  persis  seperti  roda.
               Terus  berrputar.  Naik  turun.  Mengikuti  siklusnya.  Ada  suatu  masa,  ketika  kemajuan  ilmu
               pengetahuan  mencapai  puncaknya,  manusia  menguasai  teknologi-teknologi  hebat,  lantas
               entah oleh apa, mungkin karena peperangan, bencana alam, atau karena entahlah, di masa-
               masa berikutnya kembali  meluncur ke titik terendahnya.... Jika kita ingin berpikir sejenak,
               siapa  bilang  ribuan  tahun  silam  manusia  masih  primitif?  Masih  boddoh?  Tidak  mengenal
               teknologi telepon selular? Internet? Penerbangan ke bulan, dan sebagainya?
               "Ingat, disadari atau tidak, ada fakta religius yang tertulis indah di kitab suci: Salah seorang
               sahabat Nabi Sulaiman, maksud saya Solomon buat hadirin yang mengenalnya dengan nama
               itu. Saya garis bawahi, saat itu, seorang manusia, pernah bisa memindahkan dalam sekejap
               sepotong kursi dari satu titik ke titik lainnya yang berjarak ratusan kilometer sebelum mata
               sempat  berkedip!  Seorang  manusia.  Spektakuler!  Anda  tidak  akan  pernah  menemukan
               kemampuan teknologi sehebat itu hari ini! Belum. Kita yang amat bangga dengan kemajuan
               peradaban, bahkan tidak bisa memindahkan fisik sebutir telur dengan apapun itu wahana dan
               caranya, kecuali di film-film, yang aktornya lantas seolah-olah ketinggalan kaki, tangan, atau
               telinga—" Dalimunte menyeringai.
                   Ruangan itu sejenak ramai oleh tawa.
               "....  Kita  sejauh  ini  hanya  bisa  bangga  dengan  kode  binari.  Transfer  data.  Jaringan
               telekomunikasi.  Internet  dan  sebagainya,  Tapi  tidak  untuk  teknologi  memindahkan  fisik
               sebuah benda. Lantas, bagaimana mungkin kita tidak mewarisi teknologi hebat sahabat Nabi
               Sulaiman tersebut setelah ribuan tahun berlalu? Bagaimana mungkin tidak ada penjelasannya
               dan kita sekadar mempercayai kalau itu kondisi luar biasa. Karomah. Keajaiban. Bukankah
               kepercayaan itu sebuah rasionalitas ilmiah? Seperti halnya bulan yang terbelah. Tentu saja
               ada penjelasan masuk akal atas transfer fisik kursi tersebut, harus ada penjelasan ilmiahnya,
               kita saja yang belum tahu. Atau mungkin tidak akan pemah tahu. Nah, masalahnya kenapa
               kita  tidak  mewarisi  penjelasan  penting  tersebut?  Jawabannya,  mungkin  saja  karena
               peradaban, kemajuan teknologi itu persis seperti siklus naik turun. Masa-masa silam, masa-
               masa  itu,  manusia  pernah  menguasai  berbagai  teknologi  hebat  tersebut,  malah  mungkin
               pernah  memiliki rumus sederhana seperti rumus  phytagoras untuk menjelaskan  bagaimana
               memindahkan kursi ke tempat lain. A kuadrat sama dengan B kuadrat plus C kuadrat. Tapi
               entah  oleh  apa  ilmu  pengetahuan  itu  kemudian  musnah.  Seperti  roda  yang  berputar,
               peradaban  manusia  kembali  lagi  ke  titik  terendahnya....Analog  dengan  hal  itu,  dan  akan
               dibuktikan dengan serangkaian penelitian ilmiah kami, jadi sama sekali tidak mengherankan
               jika  saat  dunia  menjelang  masa  senjanya,  kita  juga  akan  kehilangan  senjata-senjata  hebat
               yang ada sekarang dalam pertempuran besar itu. Dan dunia kembali ke peperangan dengan
               tangan,  dengan  pedang.  Peperangan  konvensional.  Itu  benar-benar  masuk  akal.  Itu  sesuai
               dengan  kabar  dari  berbagai  translasi  religius  ini....Maka  pertanyaan  pentingnya  sekarang
   2   3   4   5   6   7   8   9   10   11   12