Page 12 - Bidadari-Bidadari Surga-TereLiye
P. 12

www.rajaebookgratis.com





               "PKAAAK!" Sekali lagi membuncah pagi.
               "Terbang! Ada yang terbang."
               "Di mana? Di mana?"
               "Arah pukul delapan. Di atas. Di atas, sebelah kiri!"
                   Gadis yang duduk paling depan, yang membungkuk di tubir kawah Semeru itu berseru
               semakin tertahan. Wajahnya semakin antusias. Berbinar-binar senang. Binokuler ditangannya
               bergerak gesit. Rambut panjangnya bergerak anggun. Zoom in. Teropong model canggih itu
               berdesing oleh perintah auto focus.
                   Persis  di  atas  mereka,  seekor  burung  alap-alap  kawah  gunung,  dengan  bentang  sayap
               berukuran 45 cm, bagai pesawat falcon, mungkin juga F-14 menderu melesat. Bukan main.
               Sempurna  seperti  sedang  menyibak  gumpalan  putih  kabut.  Bicara  soal  kecepatan  dan
               manuver terbang, sumpah tidak ada yang mengalahkan Peregrin, inilah sang penguasa kawah
               gunung.  Bukan  elang.  Bukan  garuda.  Bukan  pula  Rajawali.  Tapi  alap-alap  (kawah).
               Merekalah penguasa langit  sejati. Burung yang hidup di tempat tertinggi di dunia. Di tempat
               paling eksotis di seluruh  muka  bumi. Yang  mampu terbang  hingga ke ketinggian pesawat
               terbang.
               "PKAAAK!"  Alap-alap  kawah  itu  terbang  melesat  seolah  hendak  menghujam  ke  dinding
               dekat gumpalan batu cokelat. Sarangnya!
                   Tiga  orang  yang  mengawasi  dari  sisi  lereng  seberangnya  melotot  melalui  binokuler.
               Sungguh, pemandangan yang menakjubkan.
                   Gerakan  tubuh  alap-alap  kawah  itu  persis  bagai  pesawat  tempur  yang  menyerbu.  Dan
               sedetik sebelum tubuhnya seakan-akan hendak menghantam dinding kawah, sayapnya terlipat
               ke  belakang.  Begitu  anggun,  begitu  mulus,  kecepatannya  berkurang  dalam  hitungan
               sepersekian detik. Lantas bagai seorang ballerina sejati, sekejap, sudah mendarat sempurna.
               Perfecto!
                   Gadis  yang  duduk  di  depan  menggigit  bibir.  Terpesona.  Menghela  nafas.  Sungguh
               pertunjukan  atraksi  alam  yang  spektakuler.  Binokulernya  mendesing.  Mode:  full  zoom  in.
               Sekarang ia bisa melihat bulu leher Peregrin yang kemerah-merahan seperti menatapnya dari
               jarak sedepa saja.
                   Kuku-kuku  kaki  tajam  induk  alap-alap  kawah  itu  menggenggam  mangsa  yang  baru
               didapatnya pagi ini. Tiga ekor anaknya menyembul dari dalam sarang. Ber-pkak, pkak lemah,
               meski riang. Paruh yang terjulur. Warna emas itu. Positif! Tidak salah lagi!
               "Ya Allah! Itu jelas-jelas Peregrin varian baru! Jenis baru.... Ini, ini berarti Gold Level untuk
               bantuan  penelitian  kita.  Thanks,  God!  Akhirnya.  Akhirnya!  Seratus  ribu  dollar  Amerika
               untuk konservasi mereka...."
               Gadis yang duduk paling depan itu tertawa lebar, melepas teropong binokuler dari wajahnya.
               Terlihat  amat  senang.  Lega.  Menghempaskan  pantatnya  ke  bebatuan.  Dua  temannya  ikut
               mengangguk-angguk  beberapa  detik  kemudian.  Sepakat  soal  varian  baru  tersebut  setelah
               melihatnya lebih jelas dengan binokuler masing-masing. Ikut tertawa lega.
                   Yashinta  nama  gadis  itu.  Team  leader  kelompok  penelitian  kecil  burung  dan  mamalia
               endemik. Selain peneliti dari lembaga penelitian dan konservasi nasional di Bogor, ia juga
               koresponden  foto  National  Geographic.  Mengumpulkan  foto-foto  alam  yang  indah  dan
               insightfull untuk majalah itu. Pagi ini, setelah berkutat seminggu di puncak Semeru, mereka
               akhirnya  berhasil  menemukan  sarang  burung  langka  tersebut.  Awal  yang  baik  dari  riset
               berbulan-bulan ke depan untuk memetakan perangai dan tingkah-laku alap-alap kawah varian
               baru. Proyek konservasi jangka panjang.
                   Yashinta  meraih kamera SLR di tas pinggangnya. Senyum riang  itu tak kunjung  lepas
               dari wajah memerahnya. Ini akan jadi foto yang hebat, desisnya senang. Bisa jadi photo cover
               majalah.  Membuka  lensa  kamera.  Bersiap  mengambil  foto  induk  Peregrin  yang  sedang
               memberi sarapan tiga anaknya. Saat itulah, saat Yashinta sibuk mengarahkan lensa 600/6.4
   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17