Page 130 - Bisikan Ombak - by Suci Harjono
P. 130
Selama ini Daud berusaha mengantar istrinya kalau berbelanja
keperluan natal. Tetapi sesekali Yossi yang mengantar mamanya.
“Iya, Pa. Tadi mama sudah belanja. Diantar Yossi.”
“Oh ya? Ini Papa ada sedikit rejeki. Tadi ketemu Erik terus dia
kasih sedikit uang untuk beli kue natal katanya. Ya, Papa belikan,” jelas
Daud merasa tidak enak karena sudah membeli kue-kue untuk natal
tanpa istrinya.
Sutriani tersenyum maklum. Kadang-kadang suaminya memang
membelikan sesuatu sebagai kejutan baginya. Terus terang ia merasa
senang dan bahagia atas perhatian Daud meskipun sebenarnya tidak
terlalu berharap karena mengerti kondisi keuangan suami.
“Erik memang baik hati,” gumam Sutriani nyaris tidak terdengar.
Daud mengiyakan, ia tahu persis bagaimana anak muda itu
memberikan perhatian kepada para nelayan. Seringkali kalau ketemu
membelikan rokok atau makan siang. Tak heran banyak nelayan yang
menyukai Erik.
“Natalan sudah dekat. Kita belum punya uang yang cukup,” kata
Daud sambil menghisap rokok kreteknya yang mengeluarkan asap tebal.
Daud terkejut saat mendengar Sutriani batuk-batuk. Buru-buru ia
menyingkir keluar dari rumah. Daud lupa kalau istrinya sakit dan
sebenarnya ia dilarang menghisap rokok.
Pikirannya menerawang jauh memikirkan kebutuhan untuk
natalan. Hanya ada sedikit uang yang dapat ia berikan kepada istrinya.
Entah cukup atau tidak, ia tidak tahu. Meskipun masih ada waktu dua
malam lagi untuk melaut tetapi Daud tidak nyakin bisa mendapatkan
ikan banyak.
Daud memandang jauh ke laut yang berombak tenang. Riak
gelombang tidak terlihat, hanya ada suara kecipak air yang terasa
lembut di telingga Daud. Dari kejauhan kelihatan pedar kerlip lampu
warna warni.
Ia senang dengan suasana menjelang perayaan natal. Saat pergi
tadi, jalanan, mall, rumah penduduk, gereja semua dihias dengan bola-
bola lampu warna warni yang menghiasai pohon natal. Lampu besar
warna hijau, merah, kuning, biru berkedap kedip segaja di pasang
130 Bisikan Ombak_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com