Page 53 - Bisikan Ombak - by Suci Harjono
P. 53
hari. Tambatan perahu, menjadi hal yang sangat penting untuk nelayan
di kampung Sario. Tinggal tersisa beberapa puluh meter saja ruang
terbuka pantai yang bisa digunakan sebagai tambatan perahu. Kalau
hasil perjuangan mereka beberapa waktu yang lalu harus hilang lagi,
akankah Budi dan nelayan lainnya melaut dari pantai lainnya? Mereka
harus ke kampaung lain, mungkin pantai Malalayang atau pantai lainnya
yang berjarak beberapa kilometer karena di kampung Sario tinggal itulah
satu-satunya pantai yang tersisa. Tinggal menyisakan sedikit ruang
terbuka pantai.
Persis di sebelah barat tambatan perahu kampung Sario sudah
dipenuhi dengan timbunan batu, dan di sebelah barat timbunan batu
sudah berdiri perumahan dan mall. Budi dan nelayan lainnya tidak
mungkin menjangkau perumahan dan mall tersebut. Perumahan mewah
yang hanya mampu di akses oleh orang-orang yang mampu. Mall yang
menawarkan berbagai fasilitas hanya untuk kelas menengah ke atas
yang tak mungkin menjangkau orang-orang seperti Budi.
**
Esoknya.
Dengan bantuan beberapa nelayan, Budi mengumpulkan nelayan
Kampung Sario. Pertemuan berlangsung di pinggir pantai tempat nelayan
biasa menambatkan perahu. Beberapa keluarga bukan dari nelayan
juga datang, stidak hanya sebagai bagian dari solidaritas sesama warga
Kampung Sario. Tetapi karena meraka juga merasa terancam banjir.
Kegelisahan jelas menyebar dengan cepat. Nelayan dan
keluarganya dihadapkan kembali pada kenyataan bahwa penghidupan
mereka terancam kembali dengan mulai ditimbunnya pantai. Ada
gumaman kecewa, resah dan gelisah. Puluhan kalimat kemarahan,
runtukan kejengkelan dan sumpah serapah silih berganti terucap.
Semua marah atas tindakan pengembang. Selain nelayan terancam
sulit melaut tanpa ada tambatan perahu, warga juga khawatir ancaman
banjir semakin parah.
Bisikan Ombak_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com 53