Page 56 - Bisikan Ombak - by Suci Harjono
P. 56
Tanpa diminta, beberapa orang berinisiatif untuk bergantian
menjaga pantai. Sekali lagi solidaritas mereka muncul sedemikian
kuatnya.
“Hebat. Solidaritas warga Sario memang luar biasa,” kata Marcel
sambil menepuk punggung Budi. Mereka duduk dipinggir jalan sambil
melepas lelah.
Beberapa bapak melakukan hal yang sama, duduk sambil
berbincang. Asap rokok mengepul dari tangan mereka. Persis seperti
asap lokomotif.
“Iya, Om. Syukurlah warga kompak. Semua berjalan dengan
cepat.” Ujar Budi sambil menghembuskan asap rokoknya .
“Mereka pasti terkejut melihat pantai telah tertutup pagar.” Kata
Jantry tersenyum puas.
“Biar tahu rasa. Seenaknya sendiri menimbun pantai.” Sahut
Jon sambil membuang sisa ubi gorengnya. Jon sangat jengkel dengan
kelakuan para pengembang. Apalagi mereka arogan sekali. Dalam
beberapakali pertemuan, para pengembang seakan tidak memandang
sebelah mata kepada para nelayan. Mereka merasa di atas angin, karena
mendapat dukungan dari pemerintah. Argumentasi yang disampaikan
menyepelekan keberatan nelayan.
“Kenapa kau tercenung Rik?” tanya Budi menatap heran Erik.
Budi memperhatikan pandangan mata Erik lepas. Ia hanya diam saja
saat para nelayan saling berbincang.
“Kita semua perlu waspada, Om. Bisa jadi pengembang nekad
dan membawa polisi dalam masalah ini. Urusan bisa menjadi panjang
saat polisi terlibat. Kekerasan bisa terjadi.” Tutur Erik serius. Tangannya
melempar ranting pohon sisa pagar yang berserakan di tepi jalan.
Budi tertegun. Benar yang dikatakan Erik. Tidak ada yang tidak
mungkin. Watak pengusaha akan mencari jalan yang termudah dan
menguntungkan mereka. Mengandeng polisi akan memudahkan urusan
mereka. Aparat dihadapkan dengan warganya.
“Betul. Kamu betul Erik. Menurutmu kita mesti bagaimana?”
tanya Budi.
“Jaga pantai bergantian Om. Saya nyakin mereka akan datang.
56 Bisikan Ombak_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com