Page 55 - Bisikan Ombak - by Suci Harjono
P. 55
orang dan ditimpali dengan percakapan. Hampir semuanya menyesalkan
tindakan pengembang yang telah mengingkari kesepakatan dengan
warga.
Nancy dan ibu-ibu yang lain ikut sibuk menyiapkan makanan dan
minuman. Mereka bertugas menyiapkan logistik bagi bapak-bapak dan
remaja yang terus bersemangat menyelesaikan pagar.
“Wah, kayunya kurang.”
“Sebentar aku cari kayu dulu.” Kata seorang bapak terus turun
dibelakang bangunan restoran. Ada beberapa kayu yang tersangkut
tiang pancang beton. Beberapa saat kemudian bapak itu memanggul
kayu-kayu beraneka ukuran yang masih kuat.
Kesibukan warga membuat pantai yang biasanya sepi mendadak
ramai. Tak ayal lagi hal yang tidak biasa tersebut sempat membuat
orang-orang yang melintas menghentikan kendaraannya. Mereka
memperhatikan kegiatan warga. Ada beberapa orang yang turun dan
ikut melihat dari dekat. Yang lainnya memuji langkah yang dilakukan
warga. Tak butuh waktu lama, pagar yang di buat setinggi satu meter
dengan ditempeli berbagi tulisan yang menolak upaya penimbunan
pantai sudah berdiri. Tulisan dengan cat warna hitam dan merah terlihat
menyolok dan menarik perhatian.
TOLAK PENIMBUNAN PANTAI !
JANGAN SENGSARAKAN KAMI !
PANTAI TEMPAT TAMBATAN PERAHU, BUKAN TEMPAT MALL !
KAMI TIDAK MAU KEBANJIRAN LAGI !
PANTAI DI TIMBUN? KEMANA KAMI MENCARI NAFKAH?
PENGEMBANG , ENYAHLAH DARI PANTAI KAMI!
JANGAN AMBIL PANTAI KAMI!
NELAYAN MASIH BUTUH MAKAN!
HANYA ADA SATU KATA, LAWAN!
KAMI NELAYAN BUKAN PELAYAN MALL !
Upaya penolakan warga dilakukan agar pengembang tidak
meneruskan penimbunan pantai.
Bisikan Ombak_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com 55