Page 51 - Bisikan Ombak - by Suci Harjono
P. 51
“Kapan itu, Om?” tanya Erik lagi.
“Tadi pagi, waktu kita pulang dari laut, sudah ada timbunan batu.
Padahal semalam waktu kita berangkat belum ada,” kata Budi.
“Wah, kurang ajar, tu. Apakah pengembang mengingkari janji?”
tanya Johan.
“Kita belum tahu. Tapi kita sudah coba ke lokasi, tidak ada yang
di sana. Kosong. Tadi kita datang terlambat karena melihat lagi ke lokasi.
” jelas Budi.
“Kapan mereka buat timbunan? Aku tadi tidak lewat pantai jadi
tidak tahu,” kata Marcel mneyesal ketinggalan informasi penting.
“Tidak tahu, Om. Kemungkinan tadi malam.” Jawab Budi masih
dengan muka berlipat.
Terdengar banyak komentar, analisis dan perkiraan. Semua sibuk
dengan pendapatnya masing-masing.
“Pengembang berlaku curang. Mereka tidak menepati janji.”
Tutur Otoda tersulut kemarahan.
“Mengunting dalam lipatan,” seru Rudi berang.
“Benar-benar kurangajar,” kata Johan menimpali.
“Mereka patut di permasalahkan lagi,” seru Marcel. Ia ingat betapa
gigihnya perjuangan nelayan dan warga Sario menolak penimbunan
pantai. Saat kehidupan mereka terancam, rasanya tidak ada pilihan lain
selain harus melawan lagi. Marcel merasakan andrenalinnya mulai naik.
“Om, nanti torang sama-sama cari tahu. Ok, kita akan lanjutkan…” kata
Erik memutuskan untuk melanjutkan rapat.
Selanjutnya Erik mengulang kembali ringkasan pertemuan yang
dilakukan sebulan lalu. Pembahasan selanjutnya tentang permasalahan
yang dihadapi nelayan di berbagai tempat. Secara umum semua
permasalahan yang dihadapi nelayan hampir sama yaitu kekhawatiran
kehilangan tambatan perahu karena proyek reklamasi pantai yang terus
di lakukan oleh pemerintah. Selain itu kondisi perubahan iklim yang
mempengaruhi hasil tangkapan ikan dan kondisi perekonomian nelayan
yang terus mengalami kekurangan. Satu persatu peserta diskusi saling
mengemukakan pendapat untuk mengatasi berbagai persoalan yang di
hadapi. Dan semua sepakat untuk terus berjuang bersama mengatasi
Bisikan Ombak_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com 51