Page 54 - Bisikan Ombak - by Suci Harjono
P. 54
Sejak ada proyek reklamasi, warga Kampung Sario yang selama
ini tidak pernah dilanda banjir, terpaksa harus sibuk mengurus barang-
barang berharga mereka di saat musim penghujan karena air tidak bisa
mengalir lancar dari selokan kampung ke saluran air yang menuju laut.
Genangan air lama kelamaan meninggi dan karena tidak bisa mnegalir
ke laut, mau tidak mau Kampung Sario menjadi banjir.
Sejak penimbunan dilakukan, setiap musim penghujan, warga
harus menanti dengan cemas hujan yang tidak kunjung reda. Saat hujan
sudah melewati satu jam, warga sudah mulai mengangkat barang-
barang ke tempat yang lebih tinggi. Banjir bahkan pernah sampai
setinggi 1 meter sehingga warga terpaksa mengungsi ke kampung lain.
Dan mereka menyakini kalau penimbunan dilakukan lagi, ancaman
banjir pasti akan semakin mengkhawatirkan.
Warga Kampung Sario baik nelayan maupun warga lainnya
sepakat akan melakukan protes terhadap pengembang. Mereka siap
bahu membahu untuk berupaya agar penimbunan tidak terus dilakukan.
Sambil menunggu kepastian perundingan dengan pengembang dan
pihak pemerintah daerah, warga akan menutup jalan ke tambatan
perahu agar truk tidak bisa masuk.
**
Hari berikutnya puluhan warga baik laki-laki maupun perempuan
dan anak-anak bergotong royong membawa batang-batang bambu dan
kayu-kayu bekas. Tanpa di perintah, kayu-kayu, paku, tali, papan bekas
sudah menumpuk. Warga satu persatu datang membawa bahan-bahan
yang dibutuhkan. Kabar untuk melakukan penolakan penimbunan pantai
dengan cepat menyebar dari mulut ke mulut. Hampir semua warga
berupaya untuk ikut berpartisipasi mempertahankan pantai. Mereka
merapat untuk membuat pagar sepanjang pantai 20 meter memanjang
dari barat ke timur.
“Bawa sini kayunya. “
“Sini martilnya.”
“Cepat, kau ikat yang kuat.”
Suara kayu, martil berbaur dengan suara perintah beberapa
54 Bisikan Ombak_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com