Page 13 - MODUL I
P. 13
perubahan), dan "refreezing" (mengkristalkan kondisi baru).
Pendekatan ini menekankan pentingnya mengubah persepsi, nilai, dan
norma-norma untuk memfasilitasi perubahan.
2. Teori Dampak Linier. Teori ini mengasumsikan bahwa perubahan
dalam organisasi dapat diprediksi dan dikelola dengan baik. ide dasar
dari teori dampak linier adalah bahwa perubahan dalam organisasi
dapat direncanakan, diterapkan, dan dikelola dengan cara yang relatif
terstruktur dan berurutan. melalui langkah-langkah perubahan yang
diidentifikasi sebelumnya.
3. Teori Dampak Kontingensi. Teori ini mengakui bahwa lingkungan
organisasi sangat kompleks dan berubah-ubah. Oleh karena itu,
pendekatan ini menyarankan bahwa rencana perubahan harus
disesuaikan dengan tuntutan dan karakteristik lingkungan yang
berbeda-beda. Teori ini meyakini mengakui bahwa tidak ada satu
pendekatan tunggal yang cocok untuk semua situasi perubahan.
Pendekatan ini menekankan bahwa strategi perubahan harus
disesuaikan dengan karakteristik unik dari organisasi dan lingkungan
eksternalnya.
4. Teori Inovasi Organisasi. Salah satu tokoh dari teori ni adalah Everett
Rogers dengan konsep difusi inovasi dalam bukunya "Diffusion of
Innovations" yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1962. Teori ini
menyoroti pentingnya inovasi dalam menciptakan perubahan yang
berhasil. Inovasi dapat mencakup perubahan dalam proses, produk,
struktur organisasi, atau paradigma. Teori ini mendorong organisasi
untuk mencari cara baru untuk mencapai tujuan mereka.
5. Teori Transisi Organisasi. Salah satu tokoh yang terkait dengan
konsep ini adalah William Bridges, yang mengembangkan konsep
transisi dan perubahan organisasi. Karya terkenalnya adalah buku
"Managing Transitions: Making the Most of Change," yang pertama kali
diterbitkan pada tahun 1991. Teori ini menggambarkan organisasi
sebagai entitas yang bergerak melalui transisi dari satu keadaan ke
keadaan lain. Transisi ini dapat mencakup perubahan dalam