Page 96 - RBDCNeat
P. 96

Mendengar kata-kata itu dengan telingaku sendiri,
            “rasanya sakit sekali hati ini.” Padahal ini bukan keinginanku.
            Aku juga ingin bisa seperti yang lain, bisa berjalan normal
            tanpa harus terjatuh, tapi mau bagaimana lagi, tubuh seperti
            inilah yang Allah amanahkan kepadaku dan aku harus
            menerimanya dengan rida dan ikhlas. Namun, yang tidak
            habis pikir, kenapa kata-kata itu harus keluar dari mulut
            seorang guru ngaji? Bukannya membantu ketika melihat aku
            terjatuh, malah berkata dengan ungkapan yang membuatku
            sakit hati.

                    Ya Allah... Mengapa aku begini? Tidak

                               seperti yang lain.”



                Walaupun aku sudah sering merasa sakit hati di madrasah,
            tapi aku tetap bertahan demi membahagiakan Mama. Sampai
            akhirnya aku dipindahkan ke kelas yang lebih rendah karena
            aku tidak bisa menulis huruf Arab. Sebenarnya aku tidak mau
            dipindah kelas karena di sana aku tidak punya teman. Aku
            ingin tetap bisa sekelas dengan Eni. Namun, apalah dayaku.
            Aku tidak bisa apa-apa lagi hanya bisa sedih dan menangis,
            “Ya Allah... Mengapa aku begini, tidak seperti yang lain?”
                Aku  pulang  ke  rumah  dengan  muka  murung.  Lalu,
            aku menceritakan apa yang terjadi di madrasah kepada
            Mama. Mendengar ceritaku Mama sempat agak marah tapi
            tidak bisa berbuat apa-apa selain menangis. Sejak saat itu
            Mama menyuruhku untuk keluar dari madrasah itu. Mama
            berencana mendaftarkanku mengaji di TK-ku dulu karena


            60 | Roda Berputar dalam Cahaya
   91   92   93   94   95   96   97   98   99   100   101