Page 97 - RBDCNeat
P. 97

di sana guru-gurunya sudah bisa menerima keadaanku.
              Meskipun tempatnya cukup jauh dari rumah tapi bagi Mama
              itu bukan masalah, yang penting aku bisa kembali mengaji.


              6.  Kebahagiaan pun Datang


                     eluar dari madrasah, aku kembali tidak memiliki
                     kegiatan berarti selain pulang-pergi sekolah. Rencana
             KMama untuk mendaftarkanku mengaji di sekolah TK
              yang dulu juga belum terlaksana. Mungkin Mama masih
              mempertimbangkan jarak yang cukup jauh sehingga cukup
              repot mengantar-jemputnya. Seperti biasa aku pun bermain
              dengan teman-teman. Tiba-tiba ada yang mengajakku mengaji
              di tempat pengajian lain.

                                                                       35
                  “Neng, urang ngaos yuk sareng Abi jeung Gita di Teh Lela,”
              ajak Dewi, adiknya Eni, sahabat baikku yang selama ini selalu
              menemaniku mengaji di madrasah.
                                       41
                  “Tempat na tebih teu?”  aku balik bertanya. Pertanyaan ini
              sebenarnya hanya sebuah basa-basi karena aku masih trauma
              untuk mengaji. Aku khawatir akan mendapat perlakuan
              seperti di madrasah tempat ngajiku dulu. Gita yang waktu
              itu sedang bersama Dewi menjawab, “Teu Neng, tempat na

                           36
              oge teu tebih.”
                  Meski Dewi dan Gita sudah meyakinkanku kalau
              tempat mengajinya tidak jauh dari rumah, dalam hati kecil
              ini tetap ada perasaan takut, takut mereka tidak mengerti

                 35
                    Neng, kita mengaji yuk bersama saya dan Gita di Teh Lela.
                 36
                    Engga Neng, tempatnya nggak jauh.
                                             Roda Berputar dalam Cahaya | 61
   92   93   94   95   96   97   98   99   100   101   102