Page 98 - RBDCNeat
P. 98

dengan keadaanku. Namun, Dewi dan Gita terus menerus
            mengajakku untuk ikut mengaji bersama mereka. Hampir
            setiap hari mereka mengajakku mengaji sampai akhirnya aku
            mau mengaji bersama mereka. Aku katakan pada Mama kalau
            aku mau ikut mengaji bersama Dewi dan Gita. Alhamdulillah
            Mama mengizinkan.

                Hari pertama mengaji aku diantar Mama. Kami langsung
            menuju masjid tempat kami akan mengaji. Rupanya, hari itu
            anak-anak perempuan mendapat giliran mengaji di rumah
            Teh Lela dan A Denis, pasangan suami istri yang mengajar
            mengaji.
                Kami langsung menuju rumah Teh Lela. Di sana, kami
            diberitahu bahwa ngajinya di masjid, baik laki-laki maupun
            perempuan. Tanpa menunggu lama, kami menuju masjid. Saat
            itu aku merasa tenang karena ternyata keluarga ustadz ini
            kenal baik dengan Mama. Seketika itu aku berharap, “Mudah-
            mudahan Mama bisa menitipkanku, baik kepada ustadznya
            atau keluarganya.”

                Sesampainya di masjid, kami menunggu beberapa saat
            sampai pengajian dimulai. Satu-persatu teman-teman mulai
            datang. Subhanallah, berbeda sekali dengan teman-teman
            di tempatku mengaji sebelumnya. Di sini santri-santrinya
            tampak begitu akrab. Meski baru pertama bertemu, sudah
            banyak yang menyapaku.

                Hal inilah yang membuatku nyaman berada di tempat itu.
            Memang, santri laki-lakinya banyak yang melihatku dengan
            tatapan “aneh” dengan keadaanku. Apalagi saat aku shalat



            62 | Roda Berputar dalam Cahaya
   93   94   95   96   97   98   99   100   101   102   103