Page 21 - Tomanurun
P. 21
Putri Bungsu menggeleng.
“Aku tidak bisa hidup seperti manusia. Aku ingin
kehidupanku yang nyaman di dalam istana kayangan,”
jawabnya lirih. Ia melepaskan genggaman tangan Polo
Padang.
Beberapa lama mereka terdiam, larut dalam pikiran
dan perasaan masing-masing. Lalu, dengan hati bimbang
Polo Padang mengeluarkan selendang istrinya. Diciumnya
selendang itu dengan segenap perasaannya dan
diserahkannya kepada istrinya. Putri Bungsu mengenakan
selendang di lehernya yang putih dan jenjang.
“Terima kasih, suamiku,” ucapnya perlahan.
Polo Padang tidak sanggup berkata apa-apa. Kemudian
sang putri menyentakkan ujung selendangnya, bersiap
untuk terbang. Akan tetapi, ia tidak dapat terbang. Tubuhnya
tidak terangkat ke udara. Kedua kakinya masih menapak di
atas tanah. Dia terkejut bercampur panik.
“Ada apa ini? Mengapa aku tidak bisa terbang?” pekiknya.
15
15