Page 42 - Raja Rokan
P. 42
Setelah mendengar usul Janang, Sutan Seri Alam mengangguk-
anggukkan kepala tanda setuju. Mereka lalu bergegas menuju
tepi sungai. Tiga orang dari rombongan Sutan Seri Alam langsung
menceburkan diri ke sungai itu.
“Hai, kawan! Aku akan mandi sekalian.”
“Wah, kalian menyuruh aku melihat kalian mandi, ya!” ujar
Sutan Seri Alam.
Mereka tertawa terbahak-bahak kegirangan. Ketiga kawan
Sutan Seri Alam itu segera menyeberangi sungai dan ternyata
sungai itu tidak terlalu dalam. “Hore...hore! Kita tidak perlu
membuat rakit. Kita gotong saja pedati berisi makanan itu!”
Mereka lalu bersepakat meninggalkan tempat itu menuju
gubuk kosong yang akan dimanfaatkan untuk penginapan.
Malam itu rombongan tertidur lelap karena kelelahan, kecuali
Sutan Seri Alam. Ia merasa terharu setelah mengetahui ketulusan
kawan-kawannya. Mereka bersemangat dalam kebersamaan dan
selalu bergembira dalam upaya mewujudkan cita-citanya. Sutan
Seri Alam juga merasa berdosa karena telah menyeret kawannya
ke dalam penderitaan. Bahkan, ia juga teringat ibu dan adik-
adiknya yang sudah lama ditinggalkan.
“Ya, Tuhan, Engkau Maha Penyayang. Hanya kepada-Mu aku
memohon. Berilah kami tempat hunian yang layak agar dapat
beribadah kepada-Mu. Amin.” Demikian doa Sutan Seri Alam.
Menjelang matahari terbit, ia baru tertidur.
Secara diam-diam Sutan Bagindo memperhatikan Sutan
Seri Alam. Ia melarang kawan-kawannya berbuat gaduh karena
khawatir Sutan Seri Alam terbangun.
Menjelang pagi, sebagian dari mereka pergi ke sungai untuk
mandi. Para wanita sibuk memasak untuk sarapan. Suasana pada
pagi hari itu tampak ceria.
35