Page 72 - USHUL FIKIH_INDONESIA_MAPK_KELAS XII_KSKK
P. 72
4. Ijma sahabat Rasulullha saw. tentang adanya nâsikh dan mansûkh. Sebagaimana
kewajiban pausa bulan Ramadlan sebagai nâsikh atas wajibnuya puasa ‘âsyûra’.
Ketetapan nâsikh dan mansûkh ini merupakan Ijma sahabat;
5. Periwatan rawi yang diperoleh dari sahabat Rasulullah saw. bahwa salah satu dua
dalil hukum dalam kasus tertentu mendahului dan dalil hukumnya datang
setelahnya. Seperti ungkapan “bahwa ayat ini turun setelah A” atau “Hadits fulan
pada peperangan Badar dan Hadits lain pada perang Uhud”.
6. Adanya salah satu dua hukum yang satunya hukum syar’î sementara lainnya selaras
dengan kebiasaan yang berjalan sejak masa lampau, dari kedua hukum ini yang
merupakan hukum syar’î me-naskh pada kebiasaan.
E. Hikmah adanya nasakh
1. Mengukuhkan keberadaan Allah, bahwa Allah takkan pernah terikat dengan
ketentuan-ketentuan yang sesuai dengan logika manusia. Sehingga jalan pikiran
manusia takkan pernah bisa mengikat Allah SWT. Allah mampu melakukan apa
saja, sekalipun menurut manusia hal tersebut tidak logis. Tetapi Allah akan
menunjukkan, bahwa kehendak-Nya lah yang akan terjadi, bukan kehendak kita.
Sehingga diharapkan dari keberadaan nasakh dan mansukh ini akan mampu
meningkatkan keimanan kita kepada Allah SWT, bahwa Dia-lah yang Maha
Menentukan.
2. Dengan nasakh dan mansukh ini diharapkan pula kita akan mempunyai prediksi dan
pengertian bahwa Allah itu memang adalah zat yang Maha Bijak, Maha Kasih,
Maha Sayang, bahkan “arhamurrahimin“, yaitu lebih kasih daripada yang berhati
kasih dan lebih sayang daripada siapa saja yang berhati sayang. Mengapa? Karena
memang pada kenyataannya hukum-hukum nasakh dan mansukh tersebut semuanya
demi untuk kemaslahatan dan kebaikan kita.
USHUL FIKIH - KELAS XII 63