Page 69 - USHUL FIKIH_INDONESIA_MAPK_KELAS XII_KSKK
P. 69

5.  Dalil yang Me-naskh Harus Kuat

                              Sebagai konsekwensi dari teori naskh, dalil yang me-naskh kukum tersebut
                       harus lebih kuat dari pada yang di-naskh atau setidaknya sama, oleh sebab itu jika

                       dalil yang me-naskh lebih lemah maka tidak bisa me-naskh kepada yang lebih kuat,
                       yang demikian adalah sangat logis.

                    6.  Dalil yang Me-naskh Tidak Mungkin Dikompromikan
                              Naskh dan kompromi dalil adalah dua metode yang berbeda karenanya, dalil

                       yang me-naskh tidak ada peluang untuk disatukan dan dikompromikan, supaya jelas

                       dan nyata adanya pertentangan antara dalil yang datang kemudian (nâsikh) dengan
                       dalil yang yang lebih dahulu datangnya (mansûkh) karena itu jika terdapat dua dalil

                       yang  mungkin  untuk  dikompromikan,  berarti  tidak  ada  pertentangan  di  antara

                       keduanya, sementara terjadinya naskh harus terdapat pertentangan.


               C.  Macam-macam nasakh
                   1.  Nasakh  yang  tidak  ada  gantinya;  seperti  nasakh  terhadap  keharusan  memberikan

                       sedekah kepada orang miskin bagi mereka yang akan berbicara dengan Nabi.
                   2.  Nasakh  yang  ada  gantinya,  namun  penggantinya  tersebut  adakalanya  lebih  ringan

                       dan  adakalanya  lebih  berat;  seperti  pembatalan  shalat  sebanyak  50  kali,  diganti

                       dengan lima kali saja.
                   3.  Nasakh bacaan (teks) dari suatu ayat, namun hukumnya tetap berlaku, seperti hukum

                       rajam bagi laki-laki dan perempuan tua yang telah menikah.
                   4.  Nasakh  hukum ayat, namun teksnya masih ada, seperti nasakh terhadap keharusan

                       memberikan  sedekah  bagi  orang  miskin  bagi  mereka  yang  akan  berbicara  kepada
                       Nabi.

                   5.  Nasakh hukum dan bacaan sekaligus, seperti haramnya menikahi saudara sesusu itu

                       dengan batasan 10 kali. (HR. Bukhari dan Muslim dari A’isyah). Hukum dan bacaan
                       teks tersebut telah dihapus.

                   6.  Terjadinya penambahan hukum dari hukum yang pertama. Menurut ulam Hanafiyah

                       hukum penambahan tersebut bersifat nasakh.


               D.  Cara Mengetahui Nâsikh-Mansûkh
                          Berlakunya  hukum  syara’,  baik  dalam  bentuk  Al-Qur’an  maupunHadis  Nabi

                   adalah secara pasti. Karenanya wajib kita menaatinya.  Nasakh terhadap hukum syara’
                   berarti bahwa kita sudah tidak wajib lagi menaati hukum itu karena sudah dinyatakan


                                                                           USHUL FIKIH  -  KELAS XII 60
   64   65   66   67   68   69   70   71   72   73   74