Page 125 - FIKIH_MA_KELAS X_KSKK_2020
P. 125
pihak baik secara hakiki seperti akad jual beli dan salam, atau secara
hukman seperti akad ijārah dan muḍārabah.
b) Mu’āwaḍah Gairu Maḥḍah
Yaitu setiap akad yang obyek akadnya bersifat materi dari salah satu pihak
seperti akad nikah dan khulu’ atau tidak bersifat materi dari kedua belah
pihak seperti akad hudnah (genjatan senjata) dan akad qaḍā’ (kontrak
hakim).
2) Akad Tabarru’
Yaitu akad yang didalamnya tidak terdapat imbalan (‘iwaḍ). Seperti akad hibah
(transaksi pemberian). Akad tabarru’ ada lima:
a) Wasiat
b) ‘Itqun (memerdekakan budak)
c) Hibah (pemberian)
d) Wakaf
e) Ibāḥaḥ (perizinan untuk menggunakan barang). Seperti perizinan untuk
meminum susu kambing kepada fakir miskin. Maka pihak yang
mendapatkan izin tidak berhak mentasarufkan layaknya pemilik barang.
Hanya boleh sebatas meminum, tidak boleh memberikan atau menjual pada
orang lain.
d. Macam-macam akad berdasarkan terpenuhi rukun dan tidaknya terbagi menjadi
dua:
1) Akad Ṣaḥīḥ
Yaitu akad yang terpenuhi semua rukun dan syaratnya. Akad yang ṣaḥīḥ akan
berkonsekuensi sebagaimana tujuan akad. Seperti konsekuensi berupa
pemindahan kepemilikan barang terhadap pembeli dan pemindahan kepemilikan
alat pembayaran terhadap penjual dalam transaksi jual beli, atau konsekuensi
berupa pemindahan kepemilikan hak pemanfaatan barang terhadap pihak
penyewa dan pemindahan kepemilikan alat pembayaran (ongkos sewa) terhadap
pihak yang menyewakan dalam transaksi persewaan.
2) Akad Fāsid
Yaitu akad yang tidak terpenuhi semua rukun dan syaratnya. Seperti pelaku
akad adalah orang gila atau anak kecil. Kebalikan dari akad ṣaḥīh, akad fāsid
tidak berkonsekuensi apapun. Maka transaksi jual beli yang dilakukan orang
FIKIH X 113