Page 82 - layout terbaru fiks.3 - PDF
P. 82
“aku sudah memberikan istriku, dan sekarang kau minta anak perempuanku. Kenapa kau
serakah sekali, cukup istriku saja”, kata ayahku.
Aku langsung memergoki ayah dan berkata dengan nada tinggi, “apa yang sebenarnya ayah
lakukan, kenapa ayah seperti ini? Ayah yang membuat ibu meninggal? Dan saat ini ingin
memberikan Ashana kepada makhluk itu, siapa makhluk itu yah? JAWABBB!!!”
Setelah perdebatan denganku terjadi, ayahku meminta agar ini dibicarakan dirumah saja dan
menarikku untuk pulang. Sesampainya dirumah paman dan sepupuku menunggu di teras dan
bertanya kami berdua darimana, lalu ayah menjelaskan semua di ruang keluarga dan
didengarkan oleh paman dan sepupuku. Ternyata memang benar ayah lah dalang dari semua
ini, paman dan sepupuku juga telah membantunya.
Aku merasa dikhianati oleh keluarga sendiri, pamanku menceritakan bahwa ayahku
melakukan ini semua karena usahanya akhir-akhir ini mengalami kerugian dan terancam
bangkrut. Lalu ayah nekat menuju desa ini untuk meminta pesugihan karena desa Banda
terkenal kaya dan makmur disebabkan adanya pesugihan tepatnya di petilasan kuno tersebut
yang harus menumbalkan perempuan dalam anggota keluarganya, maka dari itu bibi dan warga
perempuan disini juga bernasib sama. Sudah seminggu ayah mendatangi desa ini sebelum kami
datang, dan itulah alasan kami diajak berlibur kesini karena jika saat ritual korban tidak dibawa
ke desa ini maka ritual tersebut ditolak. Sepupuku merasa iba melihatku yang tidak tahu apa-
apa akhirnya memberi kode saat berjalan malam denganku.
“GEDUBRAKK..” terdengar suara benda jatuh di tengah pembicaraan kami. Kembali
kudengar kabar duka dari adikku yang meninggal dunia di hari ke 7 kami liburan, ia jatuh dari
tangga dan langsung meninggal. Aku sangat ingin marah kepada ayah, aku tidak mau bicara
sepatah kata pun dengannya. Namun, ayah sangat menyesali perbuatannya ia berkata bahwa
itu semua khilaf tapi aku tetap tidak bisa menerima alasan apapun karena mengorbankan
keluarga adalah hal terjahat apalagi dilakukan demi uang.
82