Page 149 - LITERASI-BUKU-SEBAGAI-SARANA-MENUMBUHKAN-KEPRIBADIAN-PESERTA-DIDIK-YANG-UNGGUL
P. 149
135
seolah tak menyadari kehadiran saya di dekatnya. Dia tak
beranjak bahkan ketika teman-teman sebayanya menghambur
menyambut dan mencium tangan saya. Hingga beberapa
saat kemudian, ketika dia menyelesaikan sebuah lagu, saya
bertepuk tangan untuknya. “Wah, hebaat! Main gitarnya bagus
sekali,” kata saya. Dia hanya berpaling sebentar melihat saya,
lalu jawabnya, “Iya, sudah tahu. Sudah lama.”
Kebanyakan musisi jalanan yang saya temui menunjukkan
ROSDA
kepercayaan diri yang sama. Anak-anak balita menyanyi sambil
bertepuk tangan, anak-anak yang lebih besar menyanyi dengan
alat musik mereka (botol plastik air, kemasan bekas berisi
uang receh atau beberapa tutup botol Coca-Cola bekas yang
dipakukan pada sebilah kayu pendek). Dengan berjalannya
waktu, anak-anak ini belajar memainkan gitar dari kakak-kakak
yang lebih dewasa. Mereka mempelajari gitar tanpa metode
khusus. Mereka menjelaskan bahwa mereka diajari, praktik
sesering mungkin, lalu mereka memainkannya saat ngamen.
Sesederhana itu.
Lagu-lagu yang mereka mainkan biasanya adalah lagu-
lagu yang dipopulerkan oleh band-band pop Indonesia. Lagu-
lagu band seperti Wali, Ungu, Peter Pan (atau Noah), adalah
lagu-lagu yang biasanya mereka tonton di televisi, dengarkan
lewat siaran radio, atau beredar dari mulut ke mulut. Beberapa
lagu lain adalah lagu-lagu yang dapat dikategorikan sebagai
‘lagu jalanan.’ Memiliki tema yang khas, yaitu tentang curahan
hati anak jalanan terhadap derita kehidupan, lagu-lagu ini
beredar tanpa diketahui penulis dan penyanyi asalnya. Seorang
staf LSM Pelangi mengatakan bahwa lagu jalanan ini biasanya
beredar pada pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh LSM