Page 144 - LITERASI-BUKU-SEBAGAI-SARANA-MENUMBUHKAN-KEPRIBADIAN-PESERTA-DIDIK-YANG-UNGGUL
P. 144

130



            menyetujui penutur, atau mendoakan, melalui kata sapaan atau
            ajakan yang akrab. Fitur kebahasaan ini tentu dikenal dalam
            penulisan surat, atau pidato, yang merupakan topik khusus
            dalam pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah. Penggunaan
            fitur bahasa lisan pada tulisan anak-anak jalanan ini bukan
            disebabkan oleh fakta bahwa mereka tidak mengenali ragam
            teks. Melainkan, mereka semata menganggap tulisan sebagai
            media berkomunikasi untuk membuat mereka dipahami oleh
                   ROSDA
            pembaca. Dengan tujuan ini, mereka menciptakan sebuah
            panggung tempat mereka berkomunikasi dengan audiens yang
            lebih luas, di luar komunitas teman-teman jalanan. Melalui
            tulisan, mereka menitipkan harapan untuk menggemakan
            suara demi jangkauan yang lebih luas.


            Cita-cita: Antara Mimpi dan

            Realitas




                 Praktik literasi jalanan bukan saja telah memediasi
            proyeksi diri masa depan (future self), namun juga membantu
            anak-anak untuk mendefinisikan diri mereka. Kegiatan
            menulis membawa mereka memasuki alam imajinasi, berisi
            keinginan dan harapan untuk menjadi sosok terdidik (atau
            ‘educated person’ sebagaimana dilontarkan oleh Skinner dkk.,
            1996). Diskursus sosok terdidik ini telah menjadi cita-cita
            dan visi nasionalisme banyak bangsa-bangsa di dunia, tak
            terkecuali Indonesia. Tujuan pendidikan nasional, misalnya,
            mencantumkan ‘mencerdaskan kehidupan bangsa.’  ‘Menjadi
            bangsa yang bermartabat dan setara dengan bangsa-bangsa
   139   140   141   142   143   144   145   146   147   148   149