Page 29 - LITERASI-BUKU-SEBAGAI-SARANA-MENUMBUHKAN-KEPRIBADIAN-PESERTA-DIDIK-YANG-UNGGUL
P. 29

15



                 Paradigma penelitian etnografi dalam era postmodernisme
            mengakui pentingnya istilah etic dengan emic (Emerson, 2011).
            Etic adalah kerangka berpikir ilmiah yang melekat dalam diri
            peneliti ketika mengamati fenomena di lapangan, berinteraksi
            dan berkomunikasi dengan partisipan riset, memilah data, serta
            menganalisisnya. Kerangka ini dipandu oleh pemahaman teori
            yang menjadi bagian dari pengalaman akademik peneliti. Emic,
            di sisi lain, adalah bagaimana partisipan riset mengkonstruksi
                   ROSDA
            pemahaman dan menjelaskan interpretasinya itu. Mengenali
            emic dan etic adalah fitur riset di era postmodernisme, di mana
            bias dalam interpretasi dan subjektivitas peneliti merupakan
            elemen yang dianggap memengaruhi temuan dalam riset.
            Dalam penelitian etnografi di era postmodernisme, metode
            penelitian—teknik pemilihan sampel, interaksi dan peran
            peneliti, dan pertanyaan kepada partisipan—menjadi bagian
            tak terpisahkan dari temuan analisis riset. Menggabungkan
            emic dan etic merupakan upaya untuk mendapatkan penjelasan
            yang kaya (thick description, Geertz, 1973) dan hal ini dapat
            diperoleh melalui kegiatan observasi partisipasi peneliti di
            lapangan.
                 Keberadaan emic dan etic adalah elemen penting yang
            menjelaskan bahwa studi etnografik tidak harus dilakukan
            untuk mengkaji kultur yang sangat asing dan jauh. Paradigma
            postmodernisme, misalnya, mempertanyakan pengertian
            lapangan (field) dalam era modern ini (Amit, 1999). Apabila
            identitas personal merupakan konstruksi dalam interaksi sosial
            yang berbatas ruang dan waktu, maka setiap orang mungkin
            memiliki lebih dari satu konstruksi identitas dan lebih dari satu
            keanggotaan dalam interaksi sosial. Hal ini menegaskan bahwa
            dalam meneliti sebuah fenomena sosial, seorang peneliti dapat
   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34