Page 70 - LITERASI-BUKU-SEBAGAI-SARANA-MENUMBUHKAN-KEPRIBADIAN-PESERTA-DIDIK-YANG-UNGGUL
P. 70
56
Perasaan sebagai bagian dari kelompok marginal
inilah yang kemudian mendorong saya untuk mengangkat
kajian poskolonial yang membahas kelompok liyan dalam
makalah-makalah yang saya tulis. Isu-isu tentang perempuan,
kelompok nonkulit putih dan kelompok agama minoritas
dalam satu negara membawa saya ke bidang kajian yang baru.
Saya menulis tentang representasi Islam dalam karya sastra
Barat di abad Pertengahan dengan menggunakan perspektif
ROSDA
poskolonialisme dalam tesis S2 saya.
Ketertarikan terhadap
kelompok marginal inilah yang
kemudian membawa saya
ke dunia literasi para buruh
migran Indonesia (BMI) di
Hong Kong. Hati saya mulai
terusik setelah membaca tulisan
para buruh migran. Ya, buruh migran yang
menulis. Bila selama ini saya berpikir bahwa mereka adalah
kelompok marginal yang perlu diwakili suaranya, ternyata
mereka lebih dari mampu menyuarakan diri mereka sendiri
melalui artefak literasi mereka, yakni buku-buku dan antologi
cerita yang mereka tulis berdasarkan pengalaman pribadi.
Tulisan BMI seakan menjawab pertanyaan Gayatri Spivak, ‘Can
the Subaltern Speak?’ (2010). Saya kemudian mengembangkan
keinginan saya untuk menjawab berbagai pertanyaan: Hal-
apa saja yang mereka tulis? Mengapa para BMI menulis?
Bagaimana proses mereka menulis? Apa yang mereka