Page 63 - ASPPUK_FellowshipJurnalistik
P. 63
dan rantai pasok untuk bisa membawa Keinginan penenun menggunakan pewarna
produk pewarna alami menembus pasar alam ada kecenderungan mencari sesuatu
global.” yang eksotis, dan lebih pada konsep
identitas.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Baubau juga mengidentifikasi kerajinan Kalau di kemudian hari terjadi sebaliknya,
tenun di Baubau. “Ini menjadi penopang produksi dan keuntungan hanya untuk
utama rumah tangga mereka,” kata Ali memenuhi permintaan pasar yang tinggi,
Hasan, Kepala Disperindag Baubau. katanya, akan merusak alam.
Disperindag Baubau mencatat, ada 800 Dia sarankan, pemerintah dan masyarakat
penenun tersebar di berbagai wilayah yang mau terlibat bersama memenuhi
Baubau, tergabung dalam 80 kelompok kebutuhan bahan baku pewarna alam
tenun. Di tangan mereka lahir berbagai jangan sampai menerapkan pola monokultur
jenis motif dan corak tenunan tetapi hanya dengan pakai lahan baru. “Itu [bisa jadi]
sebagian kecil gunakan pewarna alami. masalah,” kata Yahya.
Hasan tidak menampik kalau pembuat ***
pewarna alami kesulitan mendapatkan Penenun di Sulaa, sedikit demi sedikit mulai
sumber pewarna alami. Mereka tengah beralih ke pewarna alam. Meski begitu, Idah
bekerja dengan Dinas Pertanian untuk bersama penenun lain punya kekhawatiran
membudidayakan tanaman-tanaman bahan mengenai keberlanjutan tenunan mereka
pewarna alam guna menjaga ketersediaan karena generasi makin tak tertarik
bahan baku. neneruskan tradisi ini. Di Sulaa, sekitar 60
Yahya, Antropolog Universitas Hasanuddin penenun aktif, sebagian besar berumur lebih
(Unhas), menilai, upaya Pemerintah Baubau 40 tahun, dua penenun muda 30 tahunan.
menumbuhkan banyak pepohonan untuk “Mudah-mudahan [generasi muda] bisa
memenuhi kebutuhan bahan baku penenun meneruskan,” harap Idah.
pewarna alam, ide baik. Ia bisa melindungi
masyarakat dari ancaman perubahan iklim.
“Sekurang-kurangnya untuk menyerap
karbon, salah satu strategi untuk
menurunkan efek rumah kaca”
Yahya bilang, industrialisasi yang membuat
masyarakat meninggalkan kearifan
lokal. Dia mengimbau, Pemerintah
Baubau mendorong kebiasaan-kebiasaan
masyarakat yang memanfaatkan alam
di sekitar secara arif, untuk memenuhi
kebutuhan mereka.
Kearifan lokal, katanya, kompatibel
dengan masyarakat yang orientasi bukan
memaksimalisasi produksi dan keuntungan.
Fellowship Jurnalistik Perempuan, Bisnis Berkelanjutan dan Perubahan Iklim 63