Page 6 - e-modul bab 4 PAI
P. 6

kontemporer  yang  bertentangan  dengan  pemikiran  ahli  fikih
                      klasik.
                   b.  Rasionalis. Ragam pemahaman ini mencoba memahami teks-teks
                      al-Qur‟an dan Hadis secara tersurat (makna dibalik teks). Orang-
                      orang yang menganut tipe ini memberikan porsi rasio/nalar yang

                      sangat besar dalam memahami teks al-Qur‟an dan hadis. Mereka
                      berpendapat  bahwa  rasio/nalar  harus  ditempatkan  pada  posisi
                      tertinggi.  Kelompok  ini  juga  berkeyakinan  bahwa  melalui  akal
                      semua  teks  dapat  difahami  dengan  benar.  Karena  pertimbangan
                      ini,  mereka  tidak  segan-segan  menyatakan  bahwa  suatu  ayat  al-
                      Qur‟an atau hadis Nabi bisa jadi tidak relevan lagi dengan kondisi
                      atau  perkembangan  jaman,  jika  memang  tidak  dapat  dinalar.
                      Sehingga  teks-teks  yang  demikian  layak  untuk  direvisi.
                      Konsekwensinya  semua  teks  al-Qur‟an  dan  hadis  harus  sesuai
                      dengan rasio, jika  tidak maka teks tersebut tidak layak dijadikan

                      sebagai pedoman.
                   c.  Kontekstual.  Pemahaman  ragam  ini  belakangan  dikembangkan
                      oleh banyak ulama‟.  Para penganut ragam ini berusaha menggali
                      substansi teks al-Qur‟an dan hadis kemudian mengkontekskannya
                      sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi. Dengan cara ini
                      pesan  luhur  dalam  suatu  teks  tidak  hilang  begitu  saja,  namun
                      formulasi  penerapannya  dalam  kehidupan  disesuaikan  dengan

                      perkembangan sosio kemasyarakatan.

                   B. Sumber Hukum Islam
                          Sumber  hukum  Islam  secara  keseluruhan  ada  tiga,  yakni  al-
                   Qur`an,  hadis  dan  ijtihad.    Dua  sumber  yang  pertama  merupakan
                   sumber  pokok  dan  yang  ketiga  (ijtihad)  adalah  sumber  pelengkap
                   atau sumber tambahan. Hal ini sesuai dengan petunjuk Rasul melalui
                   Muadz  bin  Jabal  seperti  tergambar  dalam  hadis  yang  diriwayatkan
                   oleh Imam Baihaqi.
                    Dari Mu'adz bin Jabal ra, bahwa Rosulullah SAW ketika akan mengirimnya ke

                    Yaman  bertanya:  "wahai  Mu'adz  bagaimana  caranya  engkau  memutuskan
                    perkara  yang  dibawa  orang  kepadamu?"  Mu'adz  menjawab:  "Saya  akan
                    memutuskannya menurut yang tersebut dalam kitabullah". Nabi SAW bertanya
                    lagi:  "Kalau  engkau  tak  menemukan  hal  itu  dalam  kitabullah?”.  Mu'adz
                    menjawab:  "saya  akan  memutuskannya  menurut sunah Rosul-Nya".  Lalu  Nabi
                    SAW  bertanya lagi:  "Kalau hal itu  tidak ditemukan juga dalam  sunah  Rasul?”.

                    Lalu Mu'adz menjawab: "Saya akan berijtihad tanpa ragu sedikitpun". Mendengar
                    jawaban  itu, Nabi Muhammad  SAW  lalu meletakkan kedua tangannya kepada
                    Mu'adz dan berkata: "Segala puji bagi Allah yang telah memberi taufiq utusan
                    Rasulullah, sehingga menyenangkan hati Rasul-Nya".


                                                           5
   1   2   3   4   5   6   7   8   9   10   11