Page 11 - e-modul bab 4 PAI
P. 11

Selanjutnya, dalam konteks modern saat ini, menurut penulis,
                   perlu  ditambahkan  persyaratan  baru,  yakni  mampu  memahami
                   secara  utuh  permasalahan  yang  akan  dikaji  dari  beragam  sudut
                   pandang.  Bisa  dengan  cara  mencari  informasi  dari  sumber-sumber
                   yang dapat dipercaya atau melibatkan pihak lain yang berkopenten

                            Dalam  perkembangannya,  proses  ijtihad  oleh  umat  Islam
                   tidak  hanya dilakukan  secara individu,  tetapi  juga dilakukan secara
                   kelembagaan,  seperti  yang  dilakukan  oleh  organisasi-organisasi
                   keagamaan semisal Muhammadiyah, NU, atau MUI. Terkait dengan
                   ini,  ijtihad dapat diklasifikasi menjadi dua, yakni ijtihad  fardhi dan
                   jama‟i.  Yang  dimaksud  dengan  ijtihad  fardhi  adalah  ijtihad  yang
                   dilakukan oleh individu, sedangkan ijtihad jama‟i adalah ijtihad yang
                   dilakukan oleh banyak orang (kolektif) dari berbagai disiplin ilmu.
                          Penggunaan ijtihad fardhi dalam penentuan hukum dewasa ini
                   mulai banyak ditinggalkan umat Islam. Sebab ijtihad model ini lebih

                   banyak  mengandalkan  kapabilitas  individu  yang  minim  sudut
                   pandang. Umat Islam lebih dapat menerima hasil ijtihad jama‟i dan
                   mulai meninggalkan hasil ijtihad fardhi.
                          Dalam  masalah  yang  tidak  melibatkan  kepentingan  publik,
                   kehadiran  ijtihad  fardhi  mungkin  masih  bisa  diterima.  Akan  tetapi
                   kalau  persoalan  yang  diijtihadi  menyangkut  kepentingan  publik,
                   maka  lebih  baik menggunakan mekanisme  ijtihad  jama‟i.  Pasalnya,

                   dalam ijtihad jama'i, suatu persoalan akan dikaji dari berbagai sudut
                   pandang sehingga peluang terjadinya „kesalahan‟ dalam menentukan
                   kesimpulan akhir suatu hukum semakin bisa dieliminir. Ini berbeda
                   dengan  ijtihad  fardhi  yang  hanya  tertumpu  pada  kemampuan
                   seseorang  yang  umumnya  penguasaan  dia  terhadap  berbagai
                   keilmuan sangat terbatas (Bagir (ed.), 1996:63).

                   C. Perbedaan Mazhab Dan Penyikapannya

                   1.  Bermazhab dan Urgensinya
                          Dalam  kajian  hukum Islam,  mazhab  merupakan  sebuah  tema
                   yang  selalu  menarik  untuk  didiskusikan.  Lantas,  apa  sebenarnya
                   madzhab itu? Dalam pengertian sederhana, mazhab dapat diartikan

                   dengan  aliran.  Sementara  itu,  dalam  kamus  fikih,  Qal‟ah  Jie
                   (1996:389)  menyatakan  bahwa  mazhab  adalah  metode  tertentu
                   dalam  menggali  hukum  syariah  yang  bersifat  praktis  dari  dalil-
                   dalilnya  yang  bersifat  kasuistik.  Oleh  karena  banyaknya  ahli  fikih
                   yang  mempunyai  metode  penggalian  hukum  yang  berbeda  satu
                   dengan  lainnya,  maka  tidak  mengherankan  jika  kemudian  muncul
                   beragam mazhab fikih.


                                                           10
   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16