Page 18 - PETUALANGAN JINGGA DAN DIGI
P. 18
Anak-anak pun mengikuti, “Inna lillaahi wa inna ilaihi
raaji’uun.”
“Kami turut berduka cita, Kak Qari. Anak-anak, mari kita
doakan agar almarhumah Bunda ada dalam rahmat dan kasih
sayang Allah Swt. Al-Faatihah…” kata Pak Haris memimpin doa.
Anak-anak pun membacakan surah Al-Faatihah bersama-sama.
Anak-anak pulang sekolah. Ada yang dijemput orang tuanya,
ada juga yang pulang dengan mobil antar jemput sekolah. Tampak
Jingga sudah duduk di dekat kaca jendela mobil antar jemput
sekolah.
Setibanya di rumah, Jingga mencari-cari ibunya. “Bu… Ibu… Ibu
di mana?” teriak Jingga.
Setelah mengetuk pintu kamar, suara Ibu Jingga pun terdengar.
“Kamu sudah pulang, Nak?” tanya Ibu sambil tertidur.
“Ibu…!” teriak Jingga sambil mendekap ibunya. Ibunya pun
memeluk Jingga sambil mencium-ciumnya.
“Ganti dulu bajunya, sayang!” pinta Ibu.
“Bentar. Aku mau peluk Ibu dulu,” kata Jingga dengan manja.
“Ibu… Ibu sakit? Biasanya Ibu gak tidur siang?” tanya Jingga
heran.
“Engga kok. Ibu hari ini lumayan capek habis cuci gorden-
gorden. Ibu tadinya cuma rebahan. Eh, malah ketiduran,” jelas Ibu
sambil membukakan kerudung Jingga dan merapi-rapikan
rambutnya.
“Ibu, tahukan Qari teman baru Jingga yang pernah diceritakan
itu?” tanya Jingga.
“Qari yang suka dapat nilai bagus? Yang Jingga sedih kalau Bu
Annisa suka muji-muji anak baru itu terus, bukan?” jawab Ibu.
“Ibu…!” Jingga merajuk agak malu.