Page 21 - PETUALANGAN JINGGA DAN DIGI
P. 21
“Ini titipan dari tante aku,” kata Qari sambil menyerahkan
bungkusan.
Jingga pun menerima dan langsung membuka isi bungkusan.
Terlihat tulisan ‘cheese cake’ di tutup box-nya.
“Tante kamu itu Tante Mala?” tebak Jingga.
“Iya,” jawab Qari.
“Siapa itu, Sayang?” tanya Bunda sambil membukakan pintu
lebih lebar.
“Ini Qari, Bu. Teman baru di kelasku itu,” jawab Jingga sambil
sedikit berbisik ke telinga Ibu.
“Saya Qari, Bu. Mau antar pesanan cheese cake dari Tante
Mala,” jelas Qari dengan senyuman ramah nan indah.
“Oooh… Silakan masuk, Nak Qari! Silakan duduk! Ternyata Nak
Qari ini keponakan Tante Mala,” kata Ibu sambil memegang bahu
Qari.
“Ibu mengenal almarhumah ibu Nak Qari dari lukisan-lukisan
yang ada di rumah Tante Mala. Ibu kagum dengan keindahan
lukisan-lukisannya. Tante Mala sering cerita bahwa kakaknya yang
tinggal di Bali selain seorang pelukis yang hebat juga orang yang
sangat dermawan. Nak Qari pasti bangga,” kata Ibu Jingga.
“Ibu kamu pelukis, Qari?” tanya Jingga.
“Iya, Jingga. Almarhumah Bunda aku pelukis,” jawab Qari.
“Oh, pantas saja gambar kamu juga bagus, Qari!” puji Jingga.
“Nggak juga. Aku belum belajar banyak dari Bunda. Tapi dari
kecil aku suka liatin kalau Bunda sedang melukis,” ungkap Qari.
“Nanti sering-sering main ke sini ya, Qari! Aku mau belajar
melukis dari kamu,” kata Jingga.
“Iya, Nak Qari. Sering main kesini. Mulai sekarang kalian sudah
menjadi teman dekat,” sela Ibu.