Page 24 - PETUALANGAN JINGGA DAN DIGI
P. 24
“Janganlah kau marah-marah, nanti cepat tua kau,” ucap Digi
dengan nada mengejek.
Jingga yang merasa kesal melanjutkan perjalanannya dan
menghiraukan apa yang dikatakan Digi kepadanya.
“Hey, Tunggu! aku ikut,” teriak Digi sambal bergegas mengikuti
Jingga.
Jingga dan Digi menelusuri jalan setapak yang sedikit retak-
retak karena tanah kering.
Jingga da Digi telah berteman lama, saking lamanya mereka tak
ingat kapan pertama kali mereka bertemu, mungkin sejak lahir
mereka sudah berteman akrab. Saking akrabnya mereka ke mana-
mana selalu bersama sampai digadai-gadaikan akan berjodoh
apabila mereka sudah besar. Mereka sangat jarang sekali akur,
karena mereka selalu berdebat apa saja, bahkan hal kecilpun
mereka perdebatkan. Namun mereka saling menyangi satu sama
lain.
“Jingga apakah perjalanan masih jauh?” tanya Digi sambil
terengh-engah.
“……” Jingga hanya fokus berjalan seolah tak mendengarkan
pertanyaan Digi.
“Hey! Perjalanan masih…. ” BRUK, Digi menabrak punggung
Jingga yang tiba-tiba berhenti.
“Hey… jangan tiba-tiba berhenti dong…” SSSSTT suara
mendesis keluar dari mulut Jingga.
“Di sini tempat yang tepat,” ucap Jingga dengan semangat.
Digi yang masih bingung apa yang dilakukan temannya hanya
bisa melihat dengan seksama tidak berani mengganggu. Ia melihat
temannya dengan beberapa ritual yang dilakukannya. Mulai dari
membentangkan tangan selebar-lebarnya, menengadahkan kepala
ke atas langit, memejamkan mata, lalu menghirup udara sedalam-
dalamnya.