Page 126 - just duit_Spread
P. 126
muatan yang memang bagus dan perlu. Perlu diingat bahwa In-
donesia bukanlah Amerika. Dari banyak aspek kita nyaris berbeda
total dengan mereka. Indonesia baru merdeka setengah abad lebih
sedikit, sedangkan Amerika sudah berdiri lebih dari dua abad. Dulu
pun Amerika tidak demokratis, bahkan sangat diskriminatif rasialis.
Lagipula, apa bagusnya demokrasi jika akhirnya menjurus kepada
kebebasan amoralis? Lihatlah negara-negara Barat yang katanya
menjunjung tinggi demokrasi, bagaimana kehidupan masyarakatnya?
Dingin, individualistik, free-sex, perpecahan keluarga, drugs, dan
"nyaris tidak bertuhan"! Apakah kita mau seperti mereka?
Dengan Demokrasi Pancasila artinya, kita bebas untuk menjadi
apa saja, dan atau melakukan apa saja, selama di dalam konteks ber-
kepribadian pancasilais. Sebagai contoh, siapa pun bebas untuk
mempercayai apa saja, selama di dalam konteks ketuhanan; jadi tidak
boleh menjadi atheis, atau amoralis. Di banyak negara Barat yang ka-
tanya demokratis, orang boleh percaya Tuhan boleh tidak, bahkan
boleh percaya dan menyembah setan. Orang boleh free-sex dengan la-
wan jenis maupun sesama jenis, dan bahkan perkawinan sesama jenis
dilegalkan.
Jika anda berpikir bahwa Demokrasi Pancasila adalah seperti yang
diterapkan oleh Orde Baru, itu keliru besar. Orba memang meng-
kampanyekan Demokrasi dan Pancasila, namun hanya sebatas slogan
dan penataran, dan sama sekali tidak sampai tindakan praktis, apa-
lagi teladan dari "atas".
Sedangkan yang saya maksud dengan Demokrasi Pancasila adalah
memang benar-benar negara dan masyarakat yang berlandaskan sis-
tem demokrasi—yakni yang menghargai hak dan kebebasan individu
serta supremasi hukum—namun dalam konteks Pancasila. Artinya,
demokrasi itu harus mengacu kepada lima sila, yakni:
1. Harus "Berketuhanan yang Maha Esa"; tidak boleh atheis, apalagi
penyembah setan; sebab jika Tuhan tidak diindahkan, dari mana
lagi moral bisa dipertahankan? Akibatnya akan gamblang,
spiritualisme dan hedonisme pasti akan merajalela, dan itu akan
merusak budaya kita sebagai orang Indonesia dan orang Timur.
110

