Page 10 - Orasi Ilmiah Prof. Baharuddin
P. 10
pengertian yaitu bahwa kekuasaan merupakan kapasitas mempengaruhi
perilaku orang lain. Selain itu ada konteks tertentu, bahwa kekuasaan dapat
terjadi dalam kondisi bergantung (berkaitan antara yang menguasai dan
dikuasai). Definisi kekuasaan secara definitive dikemukakan oleh Russell
(Dom hoff, 2005) sebagai berikut: Power is ability to procedure intended
effects (kekuasaan adalah kemampuan menghasilkan efek yang
dikehendaki).
Kata dikehendaki (intended) menunjukkan bahwa kekuasaan bukan
suatu kebetulan. Tetapi merupakan suatu yang dilakukan dengan sengaja.
Oleh karena itu definisi kekuasaan lebih bersifat sosial. Russell lebih jauh
dalam tulisan Dom hoff tersebut membedakan adanya dua kekuasaan, yaitu :
collective dan distributive power. Kekuasaan kolektif meliputi kombinasi
organisasi, kerjasama, moral dan teknologi. Kekuasaan distribusi merupakan
kekuasaan yang dibagi dengan beberapa pihak dalam organisasi.
Kekuasaan berkaitan erat dengan kepemimpinan. Pemimpin berusaha
mencapai tujuan (organisasi), sedangkan kekuasaan merupakan sarana atau
alat untuk mencapai hal tersebut Robbins, (2001). Ada beberapa hal yang
membedakan antara kekuasaan dan kepemimpinan. Pertama, kepemimpinan
memerlukan adanya konsekuensi pencapaian tujuan, sedangkan kekuasaan
tidak memerlukan itu. Dengan kata lain, tercapai atau tidak bukan persoalan
kekuasaan, tetapi lebih tepat sebagai persoalan kepemimpinan. Kedua, dalam
kepemimpinan terdapat arah hubungan pengaruh atasan-bawahan atau
bawahan-atasan, sedangkan kekuasaan tidak menyangkut hal tersebut.
Kekuasaan dapat berpola horizontal atau vertikal.
Coleman (2002) membagi teori kekuasaan menjadi dua, yaitu :
Pertama teori kekuasaan terbatas (limited-power theory) yang memandang
kekuasaan sebagai barang langka dan layak untuk diperebutkan. Dengan
teori ini, maka pemahaman kekuasaan organisasi berorientasi pada
kompetisi. Kedua adalah expandable-power theory (teori kekuasaan-dapat
diperluas) memandang kekuasaan sebagai sesuatu yang dapat diperbesar,
sehingga pemahaman akan kekuasaan memunculkan adanya kerjasama
(orientasi kerjasama).
French dan Raven (dalam www.wikipedia.com) menyebutkan adanya
sumber basis kekuasaan, yang berasal dari posisi dalam organisasi atau
sumber lainnya. Kekuasaan yang berasal dari posisi (jabatan) disebut
kekuasaan legitimasi. Sumber kekuasaan lainnya adalah berbasis reward,
paksaan, referensi dan keahlian.
Khusus mengenai kekuasaan posisi, seorang pemimpin dalam bekerja
di organisasi berkaitan erat dengan aktivitas di organisasi. Menurut French
dan Raven (2002) ada lima kunci agar kekuasaan posisi dapat diwujudkan.
Kelima hal tersebut adalah sentralitas, fleksibilitas, visibilities dan relevansi.
Sentralitas untuk menjaga peran sentral dalam arus kerja, mempengaruhi
arus informasi. Fleksibilitas artinya kekuasaan untuk membuat variasi tugas,
mengurangi aktivitas rutin dan menciptakan inovasi. Visibilities artinya
kekuasaan untuk meningkatkan komunikasi dan meningkatkan peran dalam
penyelesaian masalah. Relevansi artinya mempunyai kesempatan untuk
meningkatkan dan mengembangkan peran internal dan ekternal.
9

