Page 102 - ORASI ILMIAH PROF. DR. POPPY ANDI LOLO SH. MH.
P. 102
101
rumah tangga di Indonesia dan luar negeri, pelacuran di dalam dan luar
negeri, pengantin pesanan, pekerja di tempat konstruksi dan perkebunan,
penjualan bayi, lingkaran pengemis terorganisasi, dan kawin kontrak yang
dalam perkembangan terakhir Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO)
cenderung modusnya lebih banyak digunakan dibandingkan dengan modus
lain.
Berdasarkan penelusuran literatur dan internet yang dilakukan di
lapangan, ditemukan bahwa semua propinsi di Indonesia menjadi wilayah
asal (pemasok/area transit) yang sekaligus daerah tujuan perdagangan
orang 100 . Namun, penelitian ini menggunakan data penelitian lain yang
merekam laporan perdagangan orang (trafficking) pada 15 propinsi saja yaitu
Sumatera Utara, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur, Banten, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat,
Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Maluku Utara dan
Papua/Irian Jaya Barat dan bentuk perdagangan orang yang ditemui di satu
propinsi berbeda dengan propinsi yang lain 101 . Sebagai contoh di Sumatera
Utara perdagangan perempuan dan anak perempuan bertujuan untuk
menjadikan mereka pekerja rumah tangga ke luar negeri (Malaysia) dan
sebagai prostitusi di dalam negeri (Propinsi Sumut, Kepulauan Riau, dan
Riau) dan luar negeri (Malaysia). Berbeda dengan Sumatera Utara, Bali
ternyata adalah daerah pengirim dan tujuan untuk perdagangan orang
(trafficking). Industri seks yang hadir di Bali mendorong terjadinya
100 Op.cit. h. 288
101 Ibid. h. 390.